Uni Eropa Tuntut AstraZeneca Membayar Denda Atas Keterlambatannya Kirimkan Vaksin ke Sejumlah Negara Eropa

- 28 Mei 2021, 16:30 WIB
Ilustrasi vaksin AstraZeneca .
Ilustrasi vaksin AstraZeneca . /Prasetyo Bagus P/ANTARA

KABAR BESUKI - Uni Eropa menuntut AstraZeneca mengirimkan vaksin COVID-19 yang dikatakan terlewat pada kuartal pertama. Sebanyak 90 juta dosis vaksin tidak diberikan pada akhir Maret.

Uni Eropa (UE) menggugat perusahaan farmasi AstraZeneca ke pengadilan Belgia hari Rabu, 26 Mei 2021, atas kegagalan perusahaan itu mengirim puluhan juta dosis COVID-19 yang dijanjikan, sehingga memperlambat upaya UE untuk memulai kampanye vaksinnya.
 
Setelah berminggu-minggu terjadi hubungan yang memburuk dan kecaman keras terhadap AstraZeneca, kini Eropa beralih ke sistem hukum untuk memaksa perusahaan Inggris-Swedia itu menuntaskan pengiriman 180 juta dosis vaksin COVID-19 yang dijanjikan bulan Juli. 
 
Kini laporan mengatakan, AstraZeneca hanya bisa memenuhi kurang dari setengah jumlah vaksin yang sudah dipesan itu.
 
Juru bicara Komisi Eropa, Stefan De Keersmaecker, badan eksekutif Uni Eropa yang bertugas menyediakan vaksin COVID-19 untuk blok itu menjelaskan, "Kami yakin perusahaan itu tidak menghormati persyaratan dan kewajiban kontrak. Itu merupakan pelanggaran yang kami minta pengadilan untuk memahaminya. Pada dasarnya, konteks prosedur darurat yang terjadi, memang kami mengklaim bahwa kami ingin agar pengadilan memerintahkan perusahaan untuk mengirim 90 juta dosis tambahan, selain 30 juta yang sudah dikirim pada kuartal pertama."
 
Uni Eropa awalnya berencana menggunakan vaksin AstraZeneca untuk kampanye vaksinasi. Penundaan pengiriman adalah alasan utama terjadinya kelambanan yang banyak dikecam itu. 
 
Apalagi kekhawatiran dengan akibat sampingan pembekuan darah terkait suntikan vaksin itu, yang menyebabkan beberapa negara anggota membatasi atau membatalkan penggunaannya sama sekali.
 
Melansir Kabar Besuki dari Bloomberg, Rabu, 26 Mei 2021, seorang pengacara dari Komisi Eropa di Pengadilan Tingkat Pertama Brussels menyebut bahwa AstraZeneca juga harus membayar denda sebesar 10 Euro (atau sekitar Rp174 ribu) per hari jika tak dapat memenuhi janjinya.
 
Uni Eropa juga meminta pengiriman 180 juta dosis hingga akhir September untuk memenuhi kontrak penuh sebanyak 300 juta dosis yang dipesan tahun lalu.
 
Program vaksinasi Eropa terhadap 448 juta populasinya terhitung berjalan lambat, sebagian disebabkan karena ketidakpastian pasokan vaksin. Ini menghambat upaya pemulihan kembali ekonomi Eropa.
 
Terlepas dari pertikaian seputar pengiriman, vaksin AstraZeneca sendiri telah menuai kontroversi akibat kasus pembekuan darah yang diduga merupakan efek sampingnya.
 
Ini membuat sejumlah anggota Uni Eropa membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca bagi kelompok usia tertentu.
 
Badan Obat-obatan Eropa (EMA) telah memperingatkan para dokter untuk memeriksa para pasien yang rentan terhadap pembekuan darah.
Menyiasati kelangkaan pasokan vaksin dari AstraZeneca, Uni Eropa berpaling pada Pfizer dan BioNTech untuk pengadaan 1,8 miliar dosis vaksin tambahan.
 
Sementara itu, pengacara AstraZeneca, Hakim Boularbah, berkilah bahwa perusahaan AstraZeneca telah menjelaskan pada Uni Eropa bahwa pembuatan vaksin baru penuh dengan ketidakpastian.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Bloomberg


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x