Cerita Soni Pemuda India yang Ditinggal Keluarganya Karena Covid-19

- 28 Mei 2021, 20:06 WIB
Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. /Pexels/cottonbro

KABAR BESUKI - Salah seorang di India yang bernama Soni serta adik laki-laki dan adik perempuannya menjadi yatim piatu setelah kedua orang tua mereka meninggal dunia akibat Covid.

"Tiada yang mau menyentuh orang tua kami setelah mereka meninggal," ungkap Soni Kumari dilansir dari situs BBC.

"Jadi saya menggali liang makam untuk ibu saya dan menguburnya. Saya melakukan semuanya sendiri," imbuhnya.

Baca Juga: Pengendara Motor Viral yang Menggunakan Helm Rice Cooker Diberikan Helm Gratis oleh Polres Pasuruan

Ayahnya telah meninggal dunia terlebih dahulu akibat Covid sehingga dia harus meninggalkan dua adiknya di rumah saat melarikan ibunya ke rumah sakit menggunakan ambulans. Namun nyawa ibunya tak tertolong.

Dikatakan dia membawa jenazah ibunya ke kampungnya di Negara Bagian Bihar, India, tak ada yang bersedia untuk membantu dirinya dan kedua adiknya.

"Dunia kami runtuh dan kami ditinggalkan begitu saja. Dulu orang tua saya membantu begitu banyak orang, namun saat kami memerlukan bantuan, tiada yang peduli," ungkap gadis berusia 18 tahun itu.

Baca Juga: Menurut Pakar, Gaya Foto Selfie Ternyata Dapat Ungkap Kepribadian Seseorang

Jumlah kematian akibat Covid-19 di India adalah salah satu yang tertinggi di dunia dan laporan kasus seperti pengalaman Soni semakin banyak. Lantas apa yang terjadi pada anak-anak yatim piatu akibat pandemi?

"Ditinggalkan sendirian adalah yang paling menyakitkan. Tidak ada makanan di rumah kecuali santapan terakhir yang dimasak mendiang ibu saya. Tiada yang menawarkan apa-apa kepada kami pada hari-hari pertama itu—sampai ketika kami bertiga teruji negatif virus corona," kata Soni.

Soni mengatakan perlakuan warga yang kerap mengucilkannya juga merupakan masalah besar dalam hidupnya.

Baca Juga: Pengendara Motor Viral yang Menggunakan Helm Rice Cooker Diberikan Helm Gratis oleh Polres Pasuruan

Menteri bidang Perempuan dan Anak-anak India, Smriti Irani, mengklaim ada sokongan negara bagi anak-anak tersebut.

Kabarnya, ada seorang warga yang berniat untuk mengadopsi anak tersebut.

Medha terdorong untuk mengadopsi anak itu. Namun, sebagaimana dijelaskan Hari kepadanya, hukum di India tidak memperbolehkan tindakan tersebut.

Menurut undang-undang di India, jika seorang anak menjadi yatim piatu, kejadian itu harus dilaporkan ke lembaga pemerintah, 'Childline'.

Baca Juga: Gibran Menyebut Kepala Daerah Harus Aktif dan Rajin Memantau di Media Sosial, Seolah 'Membangkang' dari PDIP?

Para pejabat Childline kemudian memberitahu pekerja-pekerja sosial yang bertugas memverifikasi informasi itu dan mencatat kebutuhan sang anak. Komite Kesejahteraan Anak lantas memutuskan langkah selanjutnya.

Masalahnya, proses adopsi yang sah secara hukum sulit untuk berlaku adil bagi anak-anak yatim piatu bahkan sebelum pandemi.

Audit pemerintah pada 2018 menemukan bahwa kurang dari seperlima institusi penanganan anak benar-benar berupaya melacak keluarga biologis anak yatim piatu sebelum menempatkan mereka dalalam proses adopsi.

Baca Juga: Tuduhan Penyerangan dari Azerbaijan Dibantah Keras oleh Armenia

Tapi terlepas dari hal itu, pemerintah merilis iklan layanan masyarakat di sejumlah surat kabar terkemuka yang melarang khalayak menyebarluaskan permintaan adopsi secara daring.

Pemerintah merilis iklan layanan masyarakat di sejumlah surat kabar terkemuka yang melarang khalayak menyebarluaskan permintaan adopsi secara daring.

Sejumlah organisasi pelindung hak anak juga mewanti-wanti bahayanya permintaan semacam itu karena membuat anak yatim piatu berada dalam posisi rawan menjadi korban perdagangan manusia dengan kedok adopsi.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 29 Mei 2021: Virgo Diam-diam Ternyata Sahabat Anda Menyimpan Rasa

Dhananjay Tingal adalah direktur eksekutif Bachpan Bachao Andolan (gerakan Selamatkan Anak) yang mengelola rumah penampungan anak-anak yang membutuhkan.

"Unggahan-unggahan di media sosial termasuk ilegal dan tergolong perdagangan manusia. Tiada yang bisa menempatkan seorang anak dalam proses adopsi dengan cara itu. Tindakan tersebut berpotensi berujung pada penjualan dan pembelian anak," kata Tingal.

Memperdagangkan manusia untuk tenaga kerja, pelecehan seks, pernikahan dini, dan sebagainya adalah tantangan rumit bagi India, sebelum pandemi sekalipun.

Berdasarkan data Biro Catatan Kejahatan Nasional pada 2019, lebih dari 70.000 anak dilaporkan hilang—artinya satu anak hilang setiap delapan menit.

Baca Juga: Demi Bisa Main Judi Online, Pelajar Ini Nekat Curi Uang dari Kotak Amal Masjid

Pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk menghentikan perdagangan manusia, di antaranya meloloskan aturan ketat serta berkoordinasi dengan departemen kesejahteraan sosial, kepolisian, dan LSM.

Rangkaian aksi itu mampu mempidana beberapa pelaku perdagangan manusia. Namun, gabungan kekuasaan, uang, dan kebutuhan sulit diberantas. Sebagian besar pelaku bisa lolos dengan membayar denda.

Medha dan Hari memutuskan bahwa cara terbaik menolong anak yatim piatu adalah dengan mendanai pendidikan mereka melalui organisasi pelindung anak, seperti lembaga yang diketuai Dhananjay Tingal.

Baca Juga: Studi Mengatakan, Wanita yang Memakai Baju Warna Merah Terlihat Lebih Memikat dan Menarik di Mata Pria

Gerakan 'Project Chhaaya' telah menggalang dana sebanyak dua juta rupee India (sekitar Rp395 juta) secara daring.

"Kami telah menerima begitu banyak kebaikan dari orang-orang. Contohnya seorang ibu menyumbang dalam jumlah besar karena putranya sendirian di rumah sementara dia dan suaminya memerangi Covid di rumah sakit," kata Tingal.

Panti asuhan terkadang bukan opsi pertama bagi anak-anak yang kehilangan orang tua mereka.

Varun Pathak, selaku ketua Komite Kesejahteraan Anak Delhi, mengatakan pilihan pertama bagi anak yatim piatu adalah diasuh oleh keluarga besarnya.

"Hanya pada kasus-kasus yang struktur keluarganya sudah benar-benar runtuh, kami mempertimbangkan untuk menempatkan anak di panti asuhan, atau dalam kasus anak yang masih belia diadopsi melalui Lembaga Adopsi Pusat," jelas Pathak.

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: BBC


Tags

Terkini

x