Kasus Demam Berdarah Turun Drastis di Beberapa Negara Asia Tenggara, Ahli Mempertanyakan Hal Tersebut

- 23 Juni 2021, 18:10 WIB
Ilustrasi wanita yang sedang mengenakan masker/
Ilustrasi wanita yang sedang mengenakan masker/ /Engin Akyurt/Unsplash/

Meskipun ada konsensus bahwa 2021 bukanlah tahun yang buruk di wilayah tersebut, terutama dibandingkan dengan 2019, statistik belum tentu mencerminkan sifat sebenarnya dari penyebaran penyakit ini.

“Saya pikir ada beberapa hal yang berperan di sini. Salah satunya adalah orang tidak pergi ke pusat medis dengan demam seperti biasanya, karena COVID,” kata Martin Hibberd, profesor penyakit menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Baca Juga: Pria yang Memiliki IQ Rendah Ternyata Cenderung Suka Selingkuh

“Kedua, puskesmas tidak dalam mode responsif normal. Prioritas mereka ada di tempat lain dan mereka tidak menguji sebanyak yang mereka lakukan. Jadi jumlah yang dilaporkan harus lebih sedikit,” tambahnya.

Seorang juru bicara WHO tidak mengidentifikasi bukti yang jelas mengapa kasus demam berdarah menurun tetapi mengatakan mungkin ada beberapa kemungkinan alasan, termasuk pengendalian vektor yang lebih proaktif, sistem pengawasan nasional yang lebih kuat dan komunikasi yang lebih baik dengan masyarakat.

Selain itu, tuntutan yang luar biasa untuk menangani pandemi COVID-19 mungkin membuat pemantauan demam berdarah turun ke prioritas yang lebih rendah di beberapa tempat.

Baca Juga: 7 Ciri Orang Pemalas Tapi Sebenarnya Jenius, Termasuk Memiliki Sedikit Teman

“Sayangnya, COVID-19 telah berdampak pada berbagai program rutin terkait kesehatan di banyak negara. Pendeteksian dan pelaporan kasus DBD juga diyakini dipengaruhi oleh berkurangnya akses ke fasilitas kesehatan, dan keengganan untuk mencari perawatan medis di fasilitas karena kekhawatiran kemungkinan terpapar pasien COVID-19,” tambah juru bicara itu.

Ketika pandemi COVID-19 melanda awal tahun lalu, banyak ahli berhipotesis bahwa penguncian sosial dan orang-orang yang menghabiskan waktu lama di rumah akan mengakibatkan peningkatan demam berdarah. Statistik menunjukkan bahwa kebalikannya mungkin benar.

“Kebijaksanaan yang dirasakan adalah bahwa infeksi demam berdarah terjadi di rumah, nyamuk Anda tinggal di rumah. Kami pikir jika lebih banyak orang tinggal di rumah akan ada lebih banyak demam berdarah, tetapi itu jelas tidak terjadi,” kata Hibberd.

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: CNA


Tags

Terkini

x