Gedung Putih Amerika Serikat Salahkan YouTube dan Facebook Atas Penyebaran Informasi Hoaks Terkait Vaksin

- 24 Juli 2021, 09:33 WIB
Gedung Putih Amerika Serikat Salahkan YouTube dan Facebook Atas Penyebaran Informasi Hoaks Terkait Vaksin
Gedung Putih Amerika Serikat Salahkan YouTube dan Facebook Atas Penyebaran Informasi Hoaks Terkait Vaksin /kolose logo Facebook dan YouTube/dok.Kabar Besuki

Pejabat tersebut juga mengungkapkan beberapa bagian utama dari kesalahan informasi vaksin yang diperangi oleh pemerintahan Joe Biden.

Salah satunya bahwa vaksin Covid-19 tidak efektif, klaim palsu bahwa vaksin terdapat microchip dan bahwa vaksin menyakiti kesuburan wanita.

Perusahaan media sosial baru-baru ini mendapat kecaman dari Joe Biden, sekretaris persnya, Jen Psaki, dan Ahli Bedah Umum Vivek Murthy, yang semuanya mengatakan penyebaran kebohongan tentang vaksin membuat lebih sulit untuk memerangi pandemi dan menyelamatkan nyawa.

Baca Juga: Presiden Jokowi Berpesan Tetap Bahagia Meski Belajar di Rumah, Malah Dibalas 'Tajam' Begini oleh Peneliti UGM

Sebuah laporan baru-baru ini dari Center for Countering Digital Hate (CCDH), yang juga disorot oleh Gedung Putih, menunjukkan 12 akun anti-vaksin menyebarkan hampir dua pertiga misinformasi anti-vaksin secara online.

Enam dari akun tersebut terpantau masih mengupload dan memposting di kanal YouTube.

Pertarungan melawan informasi yang salah tentang vaksin telah menjadi prioritas utama bagi pemerintahan Joe Biden dan khususnya untuk dunia.

Baca Juga: Dharma Porengkun Sebut Ada 'Non-state Actor' di Balik Pandemi Covid-19 yang Melanda Dunia

Kesalahan informasi tersebut menyebabkan kecepatan vaksinasi telah melambat meskipun ada risiko yang ditimbulkan oleh varian Delta, dengan orang-orang di banyak bagian negara tidak mau divaksinasi.

Pejabat Gedung Putih sebelumya telah mengirimkan permintaan ke Facebook dan YouTube datang setelah Gedung Putih menghubungi Facebook, Twitter, dan Google pada bulan Februari tentang menekan informasi yang salah tentang Covid-19.

Halaman:

Editor: Prasetyo Bagus Pramono

Sumber: Reuters


Tags

Terkini