Wartawan Filipina dan Rusia Raih Nobel Perdamaian, Rocky Gerung Sindir Daya Kritis Pers Indonesia

- 9 Oktober 2021, 08:07 WIB
Maria Ressa dan Dmitry Muratov raih Penghargaan Nobel Perdamaian 2021. Hal ini diumumkan Komite Nobel Norwegia hari ini Jumat 8 Oktober 2021.
Maria Ressa dan Dmitry Muratov raih Penghargaan Nobel Perdamaian 2021. Hal ini diumumkan Komite Nobel Norwegia hari ini Jumat 8 Oktober 2021. /Niklas Elmehmed/Instagram.com/@nobelprize_org

KABAR BESUKI - Wartawan Filipina dan Rusia Maria Ressa dan Dmitry Muratov berhasil raih Nobel Perdamaian di tahun ini karena kegigihannya memperjuangkan kebebasan pers di negaranya.

Pengamat politik Rocky Gerung turut menanggapi wartawan Filipina dan Rusia yang raih Nobel Perdamaian dan sindir daya kritis pers Indonesia.

Rocky Gerung mengatakan, Nobel Perdamaian yang diterima wartawan Filipina dan Rusia menjadi simbol bahwa dunia telah kembali memulihkan akal sehat demokrasi melalui peran penting dari pers.

"Saya kira ini pertama kali justru di era abad 21, dunia kembali memulihkan akal sehat demokrasi melalui pers. Kan kita tahu bahwa abad 17-18 di Eropa, pers itu betul-betul mewakili fungsi paling dasar dari masyarakat, memberikan kritik (kepada penguasa)," kata Rocky Gerung sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Sabtu, 9 Oktober 2021.

Baca Juga: Forum Pimred PRMN Ganti Istilah Koruptor Jadi Rampok Uang Rakyat, Rocky Gerung: Pers Akhirnya Tampil Kembali

Rocky Gerung yang juga merupakan seorang akademisi mengatakan, demokrasi di dunia berawal dari pemberitaan pers yang bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.

Di abad 21 seperti sekarang ini, pemberian Nobel Perdamaian kepada wartawan Filipina dan Rusia yang kritis terhadap pemerintah di masing-masing negara tak hanya menyindir isu kebebasan pers di negara tersebut, tetapi juga menyindir negara lainnya yang masih menganut kontrol pers di tangan negara.

"Jadi sebetulnya, asal-usul demokrasi itu memang dituntun oleh pemberitaan pers yang kritis terhadap pemerintah. Nah sekarang abad 21, kepanitiaan pers sebetulnya menyindir bukan saja Rusia dan Duterte di Filipina, tetapi juga negara-negara yang masih menganut rezim pemberangusan pers," ujarnya.

Baca Juga: BEM FH UA Kecam Pemberangusan Kebebasan Pers yang Menimpa BEM UI Terkait Janji Presiden Jokowi

Halaman:

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Rocky Gerung Official


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x