New York Larang Penggunaan Gas Alam di Gedung-gedung Baru, Ternyata Ini Alasannya

- 16 Desember 2021, 11:15 WIB
Ilustrasi Kota New York Larang Penggunaan Gas Alam bagi bangunan baru.
Ilustrasi Kota New York Larang Penggunaan Gas Alam bagi bangunan baru. /Pexels/Vlad Alexandru Popa/
KABAR BESUKI - Dewan Kota New York pada Rabu, 15 Desember 2021 memilih untuk melarang penggunaan gas alam di gedung-gedung baru.
 
Langkah tersebut mengikuti jejak puluhan kota kecil AS yang berusaha beralih dari bahan bakar fosil ke bentuk energi yang lebih bersih.
 
Melansir Kabat Besuki dari laman Reuters, Bangunan baru di kota terbesar AS dengan 8,8 juta penduduk tersebut harus menggunakan listrik untuk pemanas dan memasak.
 
"RUU untuk melarang penggunaan gas di gedung-gedung baru akan (membantu) kita untuk transisi ke masa depan yang lebih hijau dan (mencapai) netralitas karbon pada tahun 2050," kata Ketua Dewan Kota Corey Johnson, dikutip dari laman Reuters.
 
"Kita berada dalam krisis iklim. dan harus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memerangi perubahan iklim dan melindungi kota kita," imbuhnya.
 
Dalam waktu dekat, undang-undang baru ini tidak akan banyak membantu mengurangi emisi karbon di Big Apple, karena banyak bangunan tua tidak akan terpengaruh, dan struktur baru akan tetap menggunakan listrik yang dihasilkan dengan bahan bakar fosil.
 
Kendati demikian, dalam jangka panjang, emisi karbon akan turun karena negara berencana untuk berhenti menggunakan bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik.
 
Undang-undang tersebut akan berlaku untuk bangunan baru di bawah tujuh lantai pada akhir tahun 2023 dan bangunan di atas tujuh lantai pada tahun 2027.
 
Namun, terdapat pengecualian bagi bangunan baru yang digunakan untuk kegiatan tertentu, termasuk manufaktur, rumah sakit, dapur komersial, dan binatu.
 
Hingga saat ini, kota terpadat AS yang melarang penggunaan gas di gedung-gedung baru adalah San Jose di California dengan sekitar 1 juta penduduk.
 
Namun, perpindahan New York ke gedung serba listrik bisa berarti label harga yang lebih tinggi bagi konsumen yang menggunakan listrik untuk panas daripada mereka yang mengandalkan gas.
 
Musim dingin ini, rata-rata rumah tangga di Timur Laut AS diharapkan membayar 1.538 dollar AS untuk memanaskan rumah mereka dengan listrik, dibandingkan dengan gas yang hanya sekitar 865 dollar AS.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Reuters


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x