WHO Sebut Varian Omicron Sudah Terdeteksi di 77 Negara, Tedros Adhanom Ghebreyesus Ungkap Hal Ini

- 16 Desember 2021, 10:15 WIB
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, varian Omicron sudah menyebar di 77 negara.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, varian Omicron sudah menyebar di 77 negara. /WHO/Instagram
KABAR BESUKI - Pandemi Covid-19 di sejumlah negara masih menjadi perhatian khusus dan negara-negara di dunia gencar melakukan vaksinasi.
 
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa varian Covid-19 Omicron menyebar.
 
WHO menyebut Omicron kemungkinan sudah ada dan menyebar di sebagian besar negara.
 
Penemuan Omicron pertama kali diumumkan pada November oleh para ilmuwan di Afrika Selatan, yang pertama mengalami lonjakan Covid-19 yang didorong oleh varian baru.
"Tujuh puluh tujuh negara sekarang telah melaporkan kasus Omicron, dan kenyataannya adalah bahwa Omicron mungkin ada di sebagian besar negara, bahkan jika itu belum terdeteksi,” kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Selasa, 15 Desember 2021, Dikutip Kabar Besuki dari Aljazeera.
 
"Omicron menyebar dengan kecepatan yang belum pernah kita lihat dengan varian sebelumnya," tuturnya.
 
Ia juga menyayangkan bahwa beberapa orang mengabaikan Omicron dan menganggapnya sebagai varian ringan.
 
“Tentunya, kami telah belajar sekarang bahwa kami meremehkan virus ini dengan risiko kami sendiri. Bahkan jika Omicron memang menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, jumlah kasus yang banyak sekali lagi dapat membanjiri sistem kesehatan yang tidak siap," imbuhnya.
 
Penemuan Omicron memicu kekhawatiran bahwa hal itu dapat menyebabkan lonjakan lain dalam infeksi global, membuat banyak negara memberlakukan pembatasan perjalanan di beberapa negara Afrika selatan.
 
Selain itu Tedros mengatakan munculnya Omicron telah mendorong beberapa negara untuk memulai program booster Covid-19 mereka untuk seluruh populasi orang dewasa mereka meskipun kurang bukti untuk efektivitas booster terhadap strain Omicron.
 
“WHO khawatir program seperti itu akan mengulangi penimbunan vaksin Covid-19 yang kita lihat tahun ini, dan memperburuk ketidakadilan. Jelas bahwa saat kita bergerak maju, booster dapat memainkan peran penting, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi mengalami kematian akibat penyakit parah," paparnya.
 
Dia mencatat 41 negara masih belum bisa memvaksinasi 10 persen dari populasinya, dan 98 negara belum mencapai 40 persen.
 
Selain itu, kepala WHO mengatakan ada ketidaksetaraan yang signifikan antara kelompok populasi di negara yang sama dalam hal vaksinasi.
 
“Jika kita mengakhiri ketidakadilan, kita mengakhiri pandemi. Jika kita membiarkan ketidakadilan berlanjut, kita membiarkan pandemi berlanjut,” pungkasnya.***
 

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Aljazeera


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x