Putin Tidak Akan Berhenti Menyerang Ukraina, Georgia Mulai Khawatir

- 7 April 2022, 08:20 WIB
Georgia mulai kahwatir akan menjadi target selanjutnya dari agresi Rusia
Georgia mulai kahwatir akan menjadi target selanjutnya dari agresi Rusia /pixabay/

Ossetia Selatan dan Abkhazia dianggap sebagai zona konflik sejak tahun 90-an, setelah Georgia dan Uni Soviet merdeka pada tahun 1991.

Pada awal konflik 2008, pasukan Ossetia Selatan yang didukung oleh Rusia membantai desa-desa Georgia dengan aksi sporadis dari pasukan penjaga perdamain Georgia di daerah itu.

Pertempuran semakin intensif, Georgia mengirim pasukan militer untuk menghentikan serangan.

Pada 7 Agustus, beberapa tentara Rusia diperkirakan secara ilegal melintasi perbatasan zona konflik Ossetia Selatan, tak lama setelah Rusia melakukan invasi darat, udara, dan laut dengan skala penuh ke Georgia, termasuk wilayah yang tak terbantahkan.

Baca Juga: Putin Berikan Ultimatum! Negara-negara Eropa yang Memberi Sanksi, Kini Dibalas oleh Rusia

Rusia menggambarkan upaya militernya sebagai penegakan perdamaian.

Dia berhasil memaksa militer Georgia untuk mundur dan langsung memblokir sebagian besar garis pantai, menargetkan daerah-daerah baik di dalam maupun di luar zona konflik.

Setelah itu Presiden Prancis Nicolas Sarkozy merundingkan gencatan senjata pada 12 Agustus, akhirnya pertempuran berhenti.

Hanya beberapa bulan sebelum konflik, bulan April 2008, NATO menyetujui Georgia akan menjadi anggota NATO, yang berarti bahwa organisasi sekutu akan mengapit perbatasan Rusia dengan Kaukasus.

Invasi Rusia ke Ukraina telah memicu gejolak politik di Georgia, warga tampaknya menentang tindakan pemerintah mereka.

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: express.co.uk


Tags

Terkait

Terkini

x