KABAR BESUKI - Mantra, saat mendengar kata itu, apa yang terlintas di pikiran anda? Mungkin guna-guna, hipnotis, atau bisa santet.
Kata mantra sering ditafsirkan menjadi hal yang buruk. Kemungkinan penafsiran itu lahir dari perspektif dan masa lalu.Bisa juga karena kejadian dan hal yang bersifat negatif lebih melekat di otak manusia dibandingkan hal positif.
Indonesia kaya akan kebudayaan yang berhubungan dengan animisme-dinamisme. Mantra juga merupakan hasil kebudayaan. Tepatnya masuk ke kebudayaan lisan.
Baca Juga: WandaVision, Serial Marvel yang Mengusung Sitcom Kehidupan Normal yang Tak Biasa
Apabila mantra pada masa lalu hanya berfungsi untuk melakukan hal yang jahat, maka tradisi lisan di Indonesia dikuasai oleh hal. Nyatanya tidak begitu. Seiring berkembangnya pengetahuan manusia, maka keingintahuan mereka juga berkembang. Termasuk keingintahuan fakta dari mantra.
Hampir seluruh, atau mungkin seluruh daerah di Indonesia memiliki mantra. Entah itu mantra yang berfungsi untuk beribadah atau lainnya. Satu daerah yang dikenal dengan mantranya adalah Banyuwangi. Bukan rahasia umum apabila dulu kabupaten ini dijuluki kota santet.
Baca Juga: 6 Tips Jitu Atasi Jerawat Puber, Hilangkan Kebiasaan Memencet Jerawat
Tapi tunggu dulu! Tahun 2007 terbit buku yang berjudul ‘Memuja Mantra: Sabuk Mangir dan Jaran Goyang Masyarakat Suku Using Banyuangi’ karya Heru S.P. Saputra.
Buku ini membahas pengertian sabuk mangir, jaran goyang, beserta mantra yang digunakan.