Mengenang 10 Tahun Bencana Tsunami Nuklir Jepang, Pro Kontra Masyarakat Terhadap Penggunaan Nuklir Kembali

- 9 Maret 2021, 18:32 WIB
ILUSTRASI Tsunami,*/PIXABAY
ILUSTRASI Tsunami,*/PIXABAY // Choirun Nisa Ulfa/

KABAR BESUKI – Hampir 10 tahun tragedi, tsunami yang dipicu oleh gempa berkekuatan 9,0 skala Richter menghantam pantai timur laut, menewaskan hampir 20.000 orang dan melumpuhkan pabrik Fukushima Dai-ichi.

Lebih dari 160.000 penduduk melarikan diri saat radiasi dimuntahkan ke udara pada 11 Maret 2011 lalu.“Fukushima memiliki tanda-tanda sisa sejarah energi nuklir,” kata Kiyoshi Kurokawa, kepala investigasi yang menyimpulkan bencana tersebut disebabkan oleh campur tangan manusia.

Pemerintah telah menghabiskan sekitar 300 miliar dolar atau sekitar 4.300 triliun rupiah untuk membangun kembali wilayah Tohoku yang hancur akibat tsunami, tetapi daerah di sekitar pembangkit listrik Fukushima tetap terlarang karena dikhawatirkan tingkat radiasi yang tinggi.

Penonaktifan pabrik yang lumpuh karena tragedi ini akan memakan waktu puluhan tahun dan miliaran dolar.

Baca Juga: Tarif Listrik Akan Kembali Mengalami Penyesuaian, Menteri ESDM Minta Masyarakat untuk Bersiap

Sementara itu, Jepang kembali memperdebatkan peran tenaga nuklir dalam pemanfaatan energi yang bertujuan untuk mencapai netralitas pada tahun 2050 mendatang dalam melawan pemanasan global. Tetapi survei TV publik NHK menunjukkan 85% kekhawatiran publik tentang kecelakaan nuklir.

Kebijakan energi ditinggalkan dalam ketidakpastian setelah Shinzo Abe memimpin energi pro-nuklir Partai Demokrat Liberal (LDP) kembali berkuasa setahun setelah bencana, menggulingkan Partai Demokrat Jepang , yang citranya telah dinodai oleh penanganannya di Fukushima.

Komisi Kurokawa, yang ditunjuk oleh parlemen, menyimpulkan pada tahun 2012 bahwa kecelakaan Fukushima adalah hasil kolusi antara pemerintah, regulator, dan Tokyo Electric Power Co serta kurangnya tata kelola.

Baca Juga: Meilia Lau Tunjukkan Perilaku tak Sopan pada Iriana Jokowi, hingga Buat Kaesang tak Sudi Hubungi Felicia Lagi

Abe mengundurkan diri tahun lalu, dengan alasan kesehatan yang buruk, dan penggantinya yakni Yoshihide Suga, telah mengumumkan tujuan netralitas karbon bersih pada tahun 2050 mendatang

Para pendukung mengatakan tenaga nuklir sangat penting untuk dekarbonisasi. Kritikus mengatakan biaya, keamanan dan tantangan menyimpan limbah nuklir adalah alasan untuk menghindarinya.

"Mereka yang berbicara tentang tenaga atom adalah orang-orang di lingkungan nuklir dan hanya ingin melindungi kepentingan pribadi mereka," kata mantan Perdana Menteri Kan pada konferensi pers pekan lalu.

Demonstrasi massa menentang tenaga nuklir yang terlihat setelah 3/11 telah memudar, tetapi ketidakpercayaan masyarakat tetap ada.

Baca Juga: Mengenal Zoom Fatigue, Kelelahan yang Ditimbulkan Akibat Terlalu Sering Melakukan Panggilan Video

Sebuah survei surat kabar Asahi Februari menemukan bahwa secara nasional, 53% menentang memulai kembali reaktor dan 32% yang mendukung. Di Fukushima, hanya 16% yang mendukung hal tersebut.

“Sepuluh tahun telah berlalu dan beberapa orang telah melupakannya. Restart tidak terjadi, jadi orang berpikir jika mereka menunggu, tenaga nuklir akan hilang,”kata Yu Uchiyama, seorang profesor ilmu politik Universitas Tokyo.

Hanya sembilan dari 33 reaktor komersial Jepang yang tersisa telah disetujui untuk dimulai kembali di bawah standar keselamatan pasca-Fukushima dan hanya empat yang beroperasi, dibandingkan sebelum bencana sebanyak 54 unit.

Baca Juga: Hati-hati, Overthinking Bisa Sebabkan Tubuh Cepat Lelah dan Mudah Sakit, Begini Penjelasannya

Diperkirakan, pada tahun 2050 hanya akan ada 18 reaktor dan akan hilang seluruhnya pada tahun 2069."Jepang adalah negara miskin sumber daya jadi kita tidak boleh begitu saja meninggalkan opsi nuklir. Namun kenyataannya, masa depan tenaga nuklir suram,”jelas Kikawa.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Channel New Asia


Tags

Terkini