5 Tradisi Masyarakat Suku Osing yang Jadi Destinasi Wisata Menarik Jika Berkunjung ke Banyuwangi

- 2 April 2021, 13:19 WIB
TARI GANDRUNG: Di setiap event Banyuwangi Festival, Tari Gandrung selalu tampil menawan.
TARI GANDRUNG: Di setiap event Banyuwangi Festival, Tari Gandrung selalu tampil menawan. /Foto/Ist/Portal Surabaya

KABAR BESUKI - Masyarakat suku Osing di Banyuwangi, memiliki berbagai tradisi dan ritual unik yang masih terpelihara sampai sekarang. 

Di tengah modernisasi dengan perkembangannya yang kian pesat, suku Osing di Desa Adat Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, berhasil mempertahankan budaya tradisionalnya hingga saat ini.
 
Itulah mengapa, mantan Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman menetapkan desa yang terletak di Kecamatan Glagah ini sebagai desa adat wisata suku Osing sejak 1995.
 
Selain Barong Ider Bumi yang sudah populer, ada banyak tradisi masyarakat Banyuwangilainnya seperti tradisi Selamatan Sedekah Lebaran, Tradisi Tumpeng Sewu, Tradisi Mepe Kasur, Tradisi Mengunyah Sirih, Ritual Mudun Lemah dan Tradisi Arak-Arakan Pengantin.
 
Di desa inilah, kamu bisa menyaksikan delapan tradisi dan ritual yang rutin diselenggarakan suku Osing yang masih autentik.
 
Tradisi dan ritual tersebut selalu bisa menarik minat para turis lokal hingga mancanegara, sebagaimana dikutip dari YouTube banyuwangi taourism.
 
1. Tradisi Gedhogan
 
Saat berkunjung ke Desa Adat Kemiren, kamu akan menyaksikan sekelompok ibu menumbuk hasil bumi, seperti beras dan tepung. Sebagian di antaranya berusia 60 tahun ke atas, tapi anak-anak juga bisa memainkannya.

Meski saat ini sudah jarang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, tapi tradisi gedhogan tetap dilestarikan dan menjadi tontonan menarik bagi turis yang mampir.

Baca Juga: Menurut Penelitian, Setiap Bertambahnya Usia Seseorang Justru Harus Mengurangi Waktu Tidurnya

2. Barong Ider Bumi

Setiap tanggal dua bulan Syawal, ada tradisi barong ider bumi yang diselenggarakan warga Osing.

Sebagian warga Osing membentuk kelompok barongan yang mengitari desa dari ujung timur ke barat. Arak-arakan barong dilakukan selayaknya karnaval.

Di tengah-tengah pelaksanaan karnaval, masyarakat lainnya melempari mereka dengan uang logam. Tujuannya untuk menolak bala datang ke wilayah ini.

Dulunya, wilayah ini pernah dilanda kemarau berkepanjangan, lalu suku Osing melakukan tradisi ini agar musim kemarau pergi tepat waktu dan sawah warga mendapat air yang cukup.

Meski kesannya hanya melempar uang logam, tapi pernah terkumpul Rp15 juta saat karnaval tersebut dilakukan.

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: YouTube


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x