Ahli Metafisika Mengatakan, Bahwa KRI Nanggala-402 Sebagai Tumbal Laut Nusantara yang Meminta Banyak Korban

2 Mei 2021, 06:32 WIB
KRI Nanggala-402. /Instagram.com/@nurmantyo_gatot

KABAR BESUKI - Kapal Nanggala-402 hilang kontak pada tanggal 21 April 2021, pukul 03.00 Wib, dan ditemukan pada 25 April 2021.

Kapal ini ditemukan retak menjadi 3 bagian, dan total 53 awak kapal dinyatakan gugur dalam musibah ini.

Banyak paranormal yang meramalkan tentang kejadian kapal KRI Nanggala-402.

Baca Juga: Hasil Akhir Crotone vs Inter Milan, Eriksen dan Hakimi Jadi Penentu Kemenangan Nerazzurri

Dilansir dari Pangandaran.pikiran-rakyat.com, yang berjudul "Mengerikan, Ahli Metafisika Sebut Tenggelamnya KRI Nanggala 402 sebagai Tumbal untuk Laut Nusantara".

Ada seorang ahli Metafisika yang meramalkan bahwa hilangnya kapal Nanggala-402 ini menjadi tumbal laut dinusantara.

Ia menjelaskan bahwa laut Nusantara meminta banyak tumbal, hal ini dijelaskan oleh ahli Metafisika Abiyasa Nusantara Majapahit.

Dalam video yang diunggahnya ia menjelaskan bahwa di tahun 2021 ada beberapa kecelakaan yang berhubungan dengan perairan.

Baca Juga: Peringati Hari Pendidikan Nasional, Pemkab Banyuwangi Luncurkan Program Pendidikan Kesetaraan

Dan diketahui secara gaib, ia menjelaskan “Saya kira pada waktu-waktu terakhir ini ya, perairan Nusantara ini kok terasa banyak meminta korban. Jadi kemaren ketika pada awal tahun 2021 pesawat jatuh ke perairan, itu juga sebenarnya adalah korban yang ada di perairan ini,” ucapnya.

Ia mencontohkan bahwa awal tahun sudah ada pesawat yang jatuh ke perairan dan memakan banyak korban.

Hal ini membuat ahli Metafisika berpesan agar manusia tidak semena-mena.

Baca Juga: Hari Pendidikan Nasional 2021, Nadiem Makarim: Momen yang Tepat untuk Refleksi Kebijakan Pendidikan

“Tentunya korban-korban yang ada di perairan itu adanya kapal tenggelam dan yang lain-lain sejak zaman dulu sudah terjadi dan leluhur nusantara melihat fenomena ini bukannya fenomena teknis saja tetapi juga fenomena metafisik,” jelasnya.

“Kita semuanya perlu merendahkan hati kita, merendahkan kesombongan kita akan kejadian-kejadian yang sudah ada sampe berdampak pada meminta korban nyawa manusia ini,” sambung ahli Metafisika itu mengingatkan.

Ia mengingatkan agar manusia selalu rendah hati, tidak sombong.

Baca Juga: Marc Marquez Akui Alami Masalah Ingatan Pasca Terjatuh Saat Sesi Latihan Ketiga MotoGP Spanyol 2021

Dan diketahui bahwa Kecelakaan perairan akhir-akhir ini karena sejak tahun 2020 Sabdapalon dan para danghyang sudah tak melindungi Nusantara lagi.

“Mulai tahun 2020 kemaren yang Sabdapalon dan para danghyang di Nusantara sudah tidak lagi melindungi Nusantara dari gangguan para lelembut jahat yang haus darah di Nusantara ini,” ungkap ahli Metafisika itu.

Menurutnya penyebab banyak kecelakaan laut di Nusantara karena kini ritual para leluhur sudah diabaikan.

Baca Juga: Kematian Diego Maradona Diduga Hasil Kelalaian Perawatan Medis, Dokter dan Perawat akan Menjalani Proses Hukum

"Leluhur kita ribuan tahun, jutaan tahun sudah mempraktikkan bahwa kejadian-kejadian teknis, kejadian-kejadian fisik itu banyak terpengaruh dengan kejadian metafisik. Untuk menghindari kecelakaan fisik dilakukan kegiatan metafisik seperti ritual para leluhur,” jelasnya secara detail.

“Ritual-ritual itu bisa kita amati saja dengan adanya kejadian permintaan tumbal yang ada di lautan sekarang ini. Seberapa jauh ritual laut yang pernah dilakukan bangsa Nusantara ini yang mungkin sudah sangat amat berkurang dibandingkan dengan pada zaman-zaman Majapahit,” sambung ahli metafisika itu mengingatkan.

Ia mengatakan bahwa leluhur dahulu selalu melakukan kegiatan metafisik, contoh melakukan ritual-ritual untuk para leluhur.

Baca Juga: Disebut Halu oleh Netizen, Rizky Billar Beberkan Bukti Pernah Ditawari Peran Aldebaran di Ikatan Cinta

Jika tidak dilakukan ritual maka selalu akan ada korban. Karena mereka selalu meminta korban.

Namun sayangnya saat ini sudah jarang sekali orang yang melakukan ritual. Dan sudah sangat berkurang.

Dan dibandingkan pada zaman Majapahit dahulu, selalu mengadakan ritual supaya laut Nusantara tidak banyak makan korban, dan tidak banyak meminta tumbal.*** (Mela Puspita/Pangandaran.pikiran-rakyat.com)

Editor: Yayang Hardita

Sumber: pangandaran.pikiran-rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler