KABAR BESUKI - Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari mengaku ragu jika apa yang terjadi di Indonesia bahkan di dunia saat ini adalah pandemi Covid-19 atau peristiwa alamiah.
Siti Fadilah Supari bahkan secara terang-terangan mengaku curiga bahwa pandemi Covid-19 ini adalah bioterrorism.
Bukan tanpa alasan, Siti Fadilah Supari mengatakan bahwa kecurigaan ini muncul karena didasari dengan menurunnya kasus Covid-19 secara mendadak.
“Covid-19 ini berhenti secara mendadak, Juli-Agustus luar biasa saya sampe nggak berani ke luar rumah, tapi kemudian tiba-tiba berhenti, ini kayak ada yang aneh,” kata Siti Fadilah Supari seperti dikutip Kabar Besuki dari Youtube Akbar Faisal Uncensored.
Baca Juga: Ungkap Keinginan Terakhir Laura Anna untuk Berjuang Sembuh, Bima Aryo: Gue Kasihan Banget Asli
Mantan Menkes era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mengatakan bahwa pandemi yang terjadi sekarang ini justru cenderung ke ciri-ciri bioterrorism dengan menggunakan Covid-19 sebagai bioweapon atau senjata biologis.
“Saat ini sudah tidak ada lagi perang pake tank, sekarang perang pake virus,” ujar Siti Fadilah Supari.
Kendati demikian, Siti Fadilah Supari menegaskan bahwa ini adalah pendapat pribadinya yang belum tentu benar.
Namun ia meyakini bahwa yang terjadi saat ini cenderung ke bioterrorism dan bukan sebagai pandemi Covid-19.
“Ini pendapat saya pribadi, belum tentu tidak benar, saya lebih cenderung ini adalah bioweapon atau bioterrorism karena pandemi yang asli itu ada syaratnya,” jelasnya.
Menurutnya, organisasi kesehatan dunia (WHO) telah mengatur bahwa pandemi harus memenuhi beberapa syarat tertentu.
Pertama, ada bukti penularan dari hewan ke hewan, yang dalam hal Covid-19 berarti dari kelelawar ke kelelawar. Kedua, ada bukti penularan dari hewan ke manusia, dan ketiga ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
“Sekarang yang jelas ada buktinya dari manusia ke manusia, tapi dari kelelawar ke manusia sampai saat ini belum ada yang tahu,” ungkapnya.
Selain itu, Siti Fadilah Supari juga curiga bahwa Covid-19 ini dijadikan sebagai ‘senjata’ untuk persaingan politik ekonomi antara Amerika Serikat dan China.
“AS dan China kan berantem, keduanya saling menuduh bahwa salah satunya sebagai pembuat virus, tetapi mereka semua membantah dan mengaku sebagai korban, ini kan AS dan China sebagai government ya, lalu siapa? Saya tidak berani menyebutnya,” pungkasnya.***