CEK SEKARANG! Harga Emas Amerika Serikat ‘Rebound’ 10,6 Dolar pada Selasa, 2 Maret 2021 Waktu Setempat

- 3 Maret 2021, 11:06 WIB
 Ilustrasi Emas
Ilustrasi Emas /. /PIXABAY

KABAR BESUKI – Harga emas di Amerika Serikat (AS) dilaporkan menguat pada akhir perdagangan Selasa, 2 Maret 2021 waktu setempat (Rabu, 3 Maret 2021 waktu Indonesia).

Harga emas mengalami “rebound” dari penurunan yang terjadi selama lima hari beruntun yang diyakini telah mengalami oversold, disertai dengan melemahnya nilai dolar AS dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah setempat yang meningkatkan permintaan terhadap logam safe-heaven.

Menurut informasi dari COMEX New York Exchange, harga emas untuk kontrak aktif pada pengiriman di bulan April mendatang terangkat sebesar 10,6 dolar AS atau setara dengan kisaran Rp151.130 (0,62 persen), dan ditutup pada harga 1.733,60 dolar AS atau setara dengan kisaran Rp24.717.027 per ons (kurs 1 dolar AS = kisaran Rp14.258).

Baca Juga: Setelah Pelantikan Dilaksanakan, Kini Tinggal Menunggu Janji dari Pemimpin yang Baru

Adapun harga emas berjangka mengalami penurunan sebesar 46,60 dolar AS atau setara dengan kisaran Rp664.406 (2,62 persen) menjadi 1.728,80 dolar AS atau setara dengan kisaran Rp24.648.591 pada Jumat, 26 Februari 2021 dari harga pada hari penutupan sebelumnya (Kamis, 25 Februari 2021).

“Emas melonjak mendekati harga tertinggi sesi karena imbal hasil (obligasi) dan penurunan dolar AS,” kata Tai Wong, seorang trader di BMO yang bermarkas di New York sebagaimana dilansir Kabar Besuki dari ANTARA.

Menurutnya, hal tersebut terjadi karena banyak investor dan spekulan jangka pendek melakukan bargain-hunting dan memicu short-covering.

“Reli emas 30 dolar AS dari posisi terendah di Asia menunjukkan bahwa investor dan spekulan jangka pendek sedang melakukan bargain-hunting dan memicu short-covering juga. Penutupan di atas 1.725 dolar AS per ons akan dianggap banyak orang sebagai hari rebound,” ujarnya menambahkan.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang kompetitornya, tergelincir sebesar 0,3 persen setelah sempat mencapai level tertinggi selama nyaris empat minggu. Sehingga, hal tersebut memicu emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Baca Juga: Prospek Bisnis Asuransi di Tahun 2021 Akan Tumbuh Positif Menurut Perkiraan OJK

Yield acuan obligasi pemerintah AS juga tercatat turun dari level tertinggi selama setahun minggu lalu, sedangkan indeks harga saham gabungan (IHSG) AS atau New York Stock Exchange (NYSE) merosot setelah mengalami kenaikan yang kuat pada Senin, 1 Maret 2021.

“Dilema saat ini untuk kenaikan emas adalah kenaikan yield obligasi Pemerintah Amerika Serikat jangka pendek,” kata ahli strategi pasar RJO Futures Bob Haberkom sebagaimana dilansir Kabar Besuki dari ANTARA.

“Meskipun Federal Reserve (Bank Sentral) AS bersikap sangat akomodatif dengan stimulus, dengan suku bunga rendah untuk jangka waktu yang lama, dalam jangka pendek kita harus menghadapi kenaikan suku bunga (jangka pendek) ini,” ujarnya menambahkan.

Sementara itu, emas merupakan perisai dari inflasi yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Sehingga, yield (obligasi) yang lebih tinggi berpotensi meningkatkan peluang terjadinya kerugian jika memegang emas yang tidak memberikan yield.

Sebagai informasi, Senat AS juga sedang merancang undang-undang stimulus sebesar 1,9 triliun dolar AS dan akan terus dicermati oleh pelaku pasar.

Baca Juga: Ngeri, PNS yang Menolak Diberi Vaksinasi Akan Dijatuhi Sanksi! Begini Penjelasannya

Analis memprediksikan bahwa kenaikan besar (harga emas) berikutnya akan terjadi ketika dampak dari upaya stimulus Pemerintah AS mulai terlihat dalam ukuran harga konsumen (retail price).***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Antaranews.com


Tags

Terkini

x