Korea Selatan Pertimbangkan Agar Publik dapat Menggunakan Alat Diagnosa COVID-19 Secara Mandiri, Benarkah?

- 3 April 2021, 15:40 WIB
Foto: Alat Diagnosa Mandiri COVID-19.
Foto: Alat Diagnosa Mandiri COVID-19. /Rizqi A/ /Lucira Health

KABAR BESUKI – Pemerintah Korea Selatan saat ini sedang mempertimbangkan opsi mengizinkan penggunaan alat uji mandiri COVID-19 oleh publik sebagai langah untuk meningkatkan kapasitas pengujian di tengah kasus infeksi yang tidak menentu.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) pun menggelar pertemuan dengan para ahli karantina untuk membahas kemungkinan penggunaan alat diagnostik mandiri pada Jumat, 2 April 2021.

“Diskusi akan diadakan tentang kebutuhan, legitimasi dan aksesibilitas kit serta memantau situasi negara lain di mana perangkat tersebut digunakan,” kata pejabat KDCA Kwon Jun Wook sebagaimana dilansir Kabar Besuki dari Korea Times.

Baca Juga: Tahukah Anda Jika Sayur dapat Membantu Membangun Kekuatan Otot? Simak Ulasannya!

Baca Juga: Mengejutkan! Api Kembali Membara di Kilang Pertamina Indramayu, Hendri Agustian: Pendinginan Terus Dilakukan

“Kami akan menemukan cara untuk meningkatkan kapasitas karantina kami dengan menggunakan alat dan sarana yang tersedia untuk tanggal ini,” ujarnya.

Akan tetapi, dia menambahkan bahwa pertemuan itu tidak menyiratkan bahwa negara akan segera memperkenalkan alat pengujian mandiri yang dapat digunakan oleh setiap warga dari rumah masing-masing.

Dengan alat tersebut, warga dapat mengambil sampel sendiri kemudian memperoleh hasilnya dalam hitungan menit untuk dilaporkan kepada pihak-pihak yang memerlukan hasil tes tersebut.

Mengenai hal tersebut, otoritas kesehatan setempat telah berupaya untuk mengambil sikap hati-hati pada perangkat diagnostik COVID-19 yang cepat dengan kekhawatiran kemungkinan tingkat akurasi hasil tes yang cenderung rendah.

Karena hal tersebut, ada kemungkinan banyak orang akan mengalami kesulitan dalam mengumpulkan sampel mereka sendiri melalui usap hidung.

Secara teknis, alat uji mandiri dianggap kurang sensitif dibandingkan tes PCR dan cenderung lebih rentan terhadap hasil negatif palsu.

Baca Juga: Suka Makan Telur? Simak Cara Memasak Telur yang Benar dan Menyehatkan

Baca Juga: Tega! Katanya Cinta, Pemuda ini Justru Bobol ATM Milik Sang Pacar sampai Rp9 juta

Sementara, tes PCR dapat mendeteksi infeksi bahkan dengan sejumlah virus berukuran kecil di dalam tubuh.

Adapun tes cepat (rapid test) baru dapat menghasilkan hasil akhir diagnosis yang akurat jika terdapat virus dalam jumlah yang besar.

Beberapa negara seperti Jerman dan Inggris telah menyetujui penggunaan alat diagnosis mandiri COVID-19 yang dapat digunakan oleh setiap warga di rumah masing-masing.

Amerika Serikat bahkan telah meluncurkan pilot project empat minggu untuk mengetahui efektivitas dalam memperlambat penyebaran virus sejak Rabu, 31 Maret 2021 kemarin.

Adapun penduduk di North Carolina dan Tennessee dapat melakukan tes terhadap diri mereka sendiri sebanyak tiga kali seminggu dalam sebulan dengan alat tes antigen secara gratis.

Hanya membutuhkan waktu kurang lebih lima belas menit, hasilnya dapat diketahui dengan tingkat akurasi hingga mencapai 85 persen.

Baca Juga: Bikin Bangga! PLN Raih Kontrak Senilai 25,3 Juta AS dari Kementerian Listrik dan Air Kuwait

Baca Juga: Indonesia Usulkan Jadi Pusat Vaksin di Asia Tenggara, Menlu Retno Marsudi: Ini masih Tahap Awal

Baca Juga: Akhirnya Sah! Pasangan Atta dan Aurel Resmi Menikah Disaksikan Jokowi dan Prabowo

Hingga saat ini, sejumlah pakar medis di Korea Selatan masih memperdebatkan tentang tingkat akurasi penggunaan alat uji mandiri COVID-19 jika digunakan oleh publik dari rumah masing-masing.

Beberapa orang bersikeras untuk meningkatkan jumlah tes karena memperkuat jarak sosial tampaknya sulit untuk saat ini. Tetapi langkah-langkah jarak sosial yang diperketat harus dilakukan sebelum menerapkannya sendiri,” kata Jacob Lee, seorang profesor pengobatan infeksi di Hallym University Medical Center melalui akun Facebook miliknya.

Sementara itu, Ki Mo Ran yang merupakan seorang profesor pengobatan dan pencegahan penyakit di National Cancer Center telah menyerukan bahwa sudah saatnya Korea Selatan menggunakan pendekatan baru untuk pengujian COVID-19.

“Kami tidak dapat mengharapkan peningkatan apa pun pada kapasitas karantina kami tanpa pendekatan baru,” ujar Ki Mo Ran.

“Sekarang saatnya untuk secara drastis meningkatkan jumlah pengujian, yang dapat dicapai dengan mengizinkan orang yang tidak dapat hadir di lokasi pengujian untuk mengekstrak sampelnya sendiri,” tuturnya.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Korea Times


Tags

Terkini