KABAR BESUKI - Sri Lanka mengumumkan Jumat 30 April 2021 bahwa ekonominya menyusut 3,6 persen tahun lalu karena pandemi COVID-19, menjadikannya penurunan terburuk sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948.
Resesi yang belum pernah terjadi sebelumnya dibandingkan dengan pertumbuhan PDB 2,3 persen pada 2019, Bank Sentral Sri Lanka mengatakan dalam laporan tahunannya untuk tahun 2020.
Berharap ekonomi akan pulih pada 2021 dan mencatat pertumbuhan enam persen yang optimis didukung oleh peningkatan manufaktur dan layanan lokal.
"Pandemi juga menawarkan kesempatan untuk mengatur ulang fokus ekonomi dan untuk mengatasi kelemahan struktural yang sudah berlangsung lama dan membangun ekonomi berbasis produksi dan didorong oleh produktivitas," kata bank tersebut.
Pandemi menghantam sektor pariwisata yang menguntungkan di pulau itu sementara kontraksi tajam terlihat dalam konstruksi, manufaktur serta jasa, kata bank tersebut.
Dikatakan, utang pemerintah pusat juga naik menjadi 101 persen dari PDB tahun lalu, naik dari 86,8 persen dari PDB pada tahun sebelumnya, menggarisbawahi krisis utang yang dihadapi oleh negara Asia Selatan itu.
Baca Juga: Pasca Kudeta, Separuh dari populasi Orang di Myanmar Berisiko Akan Jatuh Miskin pada Tahun 2022
Lembaga pemeringkat internasional telah menyatakan kekhawatirannya atas kemampuan Sri Lanka untuk membayar utang luar negerinya yang sangat besar karena cadangan devisa negara itu turun tajam pada tahun lalu.