Seorang Dokter Tewas Akibat Serangan Udara, Pihak Israel Sebut Serangan Ditujukan pada Militer Hamas

- 20 Mei 2021, 20:08 WIB
Dokter Ayman Abu al-Ouf memimpin penanganan pasien Covid-19 di Rumah Sakit al-Shifa
Dokter Ayman Abu al-Ouf memimpin penanganan pasien Covid-19 di Rumah Sakit al-Shifa /Tangkap layar situs bbc.com

KABAR BESUKI - Kejadian pada 16 Mei 2021 kemarin, masih meninggalkan duku mendalam bagi banyak orang. Pasalnua Israel lakukan serangan udara dan hancurkan gedung empat lantai di jalur Gaza. Salah satu dokter yang tinggal disana, Ayman Abu Al-Ouf harus merasakan serangan itu.

Ia dikabarkan meninggal akibat serangan itu. Ayman adalah kepala unit penyakit dalam di rumah sakit utama Palestina yang sudah digembor oleh Israel.

Nyawa dari Ibu, ayah, istrinya yang bernama Reem, dan putranya yang berusia 17 tahun, Tawfik, serta putrinya yang berumur 12 tahun, Tala, juga harus terenggut nyawanya.

Baca Juga: Jengkel dan Kesal Melihat Warga Indonesia Nekat Mudik, Megawati: Saya Sudah Lebih Setahun Tidak Kemana-mana!

Ada 12 anggota keluarga Ayman yang tewas atas kejadian tersebut.

"Ini kehilangan yang amat besar, bukan hanya bagi kami yang secara pribadi mengenal Ayman, tapi juga untuk pasien dan mahasiswanya," kata Ghaith al-Zaanin, yang merupakan teman dekatnya, dilansir dari situs Bbc.com.

Ayman juha memiliki tanggung jawab atas pasien penyakit dalam di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, Ayman juga mengawasi penanganan pasien Covid-19.

Dia melakukan supervisi perawatan di bangsal yang berfokus pada penanganan pasien Covid-19 dengan kondisi parah. Hanya terdapat sedikit dokter spesialis penyakit pernapasan yang bekerja di bangsal itu.

Baca Juga: Puasa dapat Tingkatkan Kesehatan Tubuh, Simak Penjelasan Lengkapnya dari Ahli Gizi

Ayman juga melatih para calon dokter dari dua sekolah kedokteran di Gaza.

"Untuk mendapatkan dokter dengan kualifikasi seperti Ayman, perlu setidaknya 10-15 tahun pelatihan," kata Zaanin, yang memberi nama putrinya, Tala, seperti anak perempuan kawan Ayman.

"Dia mendedikasikan kehidupannya untuk membantu orang lain, merawat pasien, dan mengajar generasi baru dokter.

Saya akan menyebutnya sebagai orang yang paling baik hati dan penuh kasih yang pernah saya lihat dalam kehidupan saya," ujar Zaanin.

Dikatakan Ayman telah meninggalkan rumah sakit sekitar satu jam sebelum serangan udara Israel menghancurkan tempat tinggalnya di Jalan al-Wahda, Kota Gaza.

Baca Juga: Kata Ahli: Wanita yang Memiliki Pinggul Besar Ternyata Dianggap Lebih Cerdas dan Sehat

Militer Israel mengeklaim serangan udara itu ditujukan untuk menyerang kekuatan bersenjata kelompok militan Hamas di bawah tanah.

"Fondasi bawah tanah runtuh, menyebabkan permukiman warga sipil di atasnya runtuh dan memicu korban yang tidak diinginkan," keterangan dari Israel.

Dokter Ayman ditemukan terkubur di bawah reruntuhan bangunan selama hampir 12 jam. Kata putrinya, Haya Agha, dia sempat bertahan hingga enam jam,

Agha merupakan salah satu dokter yang mendapat pengajaran dan pelatihan dari Ayman.

Baca Juga: Resep Membuat Cendol, Salah Satu Kuliner Khas Indonesia

Jenazah Ayman baru ditemukan 48 jam setelah bangunan itu ambruk.

"Tidak yang percaya bahwa dia sudah mati sampai seorang dokter di rumah sakit mengirimkan foto tubuhnya," terang Agha, dikutip dari situs BBC.

"Kematiannya adalah bencana. Dia mengajar tiga atau empat dokter. Dia pekerja keras sehingga kami pikir dia tak terkalahkan." Kata Agha.

Agha menjelaskan, serangan Israel juga menghancurkan jalan menuju daerah itu dan rumah sakit al-Shifa. Kejadian itu mengakibatkan tim penyelamat semakin terhambat untuk sampai di sana tepat waktu dan menyelamatkan korban.

Putri Ayman yang berusia 12 tahun, Tala, juga tewas dalam serangan udara yang sama.

Baca Juga: Kapal Iran dan Panama Jebol Laut Indonesia, Hakim Belum Berikan Vonis

Putra Ayman yang berusia 15 tahun, Omar, adalah satu-satunya anggota keluarganya yang selamat dari serangan udara Israel.

Omar saat ini dirawat karena mengalami luka. Dia tidak tahu bahwa orang tua dan dua saudara kandungnya telah meninggal.

Saudara laki-laki Omar, Tawfik, tengah menjalani tahun terakhir di jenjang sekolah menengah. Dia bermimpi mengejar gelar di bidang kimia.

Adapun guru yang mengajar Tala menyebut bahwa putri Ayman itu adalah pelajar yang sangat baik, tertarik pelajaran agama dan senang menghafal Alquran.

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan setidaknya 227 orang, termasuk 102 anak-anak dan perempuan, tewas akibat serangan Israel sejak 10 Mei lalu.

Sementara di Israel 12 orang, termasuk dua anak, tewas dalam serangan roket dari militan di Palestina, menurut otoritas medis setempat.

Baca Juga: Orang Berkacamata Ternyata Memiliki Risiko Lebih Kecil Terpapar Covid-19, Kok Bisa?

Militer Israel mengeklaim hanya menyerang yang mereka anggap target militer. Mereka juga menyebut telah melakukan yang terbaik untuk menghindari korban sipil.

Serangan udara yang menewaskan Ayman juga menyebabkan 42 warga Palestina lainnya kehilangan nyawa. Dua korban di antaranya adalah seorang ahli saraf bernama Mouin al-Aloul dan Rajaa Abu al-Ouf, seorang psikolog

Enam rumah sakit dan 11 pusat kesehatan utama di Gaza juga rusak digempur Israel, termasuk satu-satunya laboratorium pengujian Covid-19 di Gaza.

Rumah sakit lain tidak berfungsi karena kekurangan bahan bakar.

"Ini tidak adil. Sangat tidak adil Israel membunuh warga sipil yang tidak bersalah. Mereka tidak hanya menghancurkan infrastruktur fisik, tapi juga membunuh sumber daya manusia kami," kata Zaanin.

Sistem perawatan kesehatan Gaza rapuh karena konflik menahun dan blokade yang diberlakukan Israel dan Mesir.

Baca Juga: Cara Budidaya Ayam Petelur, Pemula Wajib Simak 15 Cara Berikut

Rumah sakit di Gaza kini kelebihan beban karena lonjakan kasus Covid-19. Hampir seluruh rumah sakit di sana kekurangan ruang perawatan intensif, ventilator, dan peralatan medis lainnya.

"Dokter menghadapi luka dan cedera yang belum pernah terlihat sebelumnya. Mereka perlu melakukan operasi yang rumit tapi kebanyakan dokter tidak terlatih melakukannya," jelas Agha.

Sementara itu Zaanin berkata meninggalkan Gaza pada tahun 2017. Dia beralasan, pendidikan spesialis yang dia kejar tidak tersedia di Gaza.

Baca Juga: Gus Dur Membongkar Rahasia ‘Mengejutkan’ Hamas Palestina dan Menyebut Israel Tak Sepenuhnya Salah?

Baik Zaanin maupun Agha percaya bahwa tewasnya dokter seperti Ayman Abu al-Ouf akan berdampak signifikan bagi sektor medis di Gaza.

"Ayman meninggalkan kenangan indah di benak semua pasiennya. Saya berharap kami memiliki kesempatan untuk setidaknya mengucapkan selamat tinggal," pungkas Agha.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: BBC.com


Tags

Terkini

x