Selain itu, Luhut mengatakan bahwa pada masa Gus Dur ia memimpikan pengembangan industri hilir di Indonesia, impian ini akhirnya terwujud setelah ia masuk ke pemerintahan Jokowi dan menjadi menteri utamanya.
Dengan hilirisasi, maksudnya Indonesia harus mengubah bahan baku yang diekstraksi dari alam dan diolah menjadi produk turunan sehingga memiliki nilai tambah untuk diekspor, didaur ulang hingga digunakan sendiri.
Menurut Luhut, untuk bisa mengolahnya harus mempelajari teknologinya. Dan hanya China yang siap bekerjasama dengan Indonesia.
“Saya shopping around hanya Tiongkok saja, dan ternyata mereka itu punya teknologi bagus. Saya tanya, kalian mau nggak transfer teknologi, bikin pusat riset di Indonesia, bikin politeknik diIndonesia? mau mereka,” tutur Luhut.
Ia membandingkan Amerika Serikat sulit diajak berinvestasi di Indonesia.
Baca Juga: Luhut Minta menkes Lebih Perhatikan Pasien Isolasi Mandiri: Umumnya yang Dibawa Ke RS Sudah Parah
Menurut Luhut, alasannya cuma satu, tanya sana-sini apakah Indonesia sudah melakukan ini atau itu. Berbeda dengan China, pembicaraan investasinya bagus.
“Kalau pergi ke mereka, kita yang bikin syarat. Saya maunya Business to Business supaya utang kita nggak banyak, saya mau teknologi transfer terknologi, saya mau jumlah pegawai kalian bertahap harus turun, oke mereka. Tapi mereka minta bagian konstruksi kami yang banyak karena kami yang ngerti, deal itu. Kau harus dirikan sekolah, semua orang Indonesia jadi pemimpin di situ,” tutur Luhut.
Oleh karena itu, dalam komitmen investasi, jumlah tenaga kerja asing China awalnya besar, namun lambat laun akan berkurang, dan tenaga kerja akan diisi oleh orang Indonesia.***