Network
KABAR BESUKI – Banyak kemungkinan yang bakal terjadi apabila Indonesia pada zaman dahulu tidak terjadi adanya penjajahan dari bangsa barat.
Negara kita memiliki sejarah panjang untuk bisa lepas dari penjajahan.
Dari awal Portugis masuk Nusantara, kemudian Belanda datang menjajah kita, kemudian Inggris, Belanda lagi, Jepang muncul, sampai akhirny merdeka.
Meski ceritanya tidak bisa diasumsikan, tapi bayangkan apa yang terjadi jika Indonesia tidak pernah dijajah?
Baca Juga: 5 Jenis Tetangga Unik yang Ada di Seluruh Indonesia, Samping Rumahmu Ada Tidak yang Seperti Ini?
- Setiap penulisan akan menggunakan aksara lokal
Aksara Nusantara adalah berbagai kitab atau aksara tradisional yang digunakan di Nusantara.
Istilah ini umumnya digunakan untuk menyebut aksara abugida yang berasal dari Brahmi yang digunakan oleh bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan.
Sebagian besar tulisan Nusantara masih diajarkan sebagai bagian dari muatan lokal di daerahnya masing-masing, namun dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: DKI Jakarta Jadi Provinsi Paling Demokratis di Indonesia oleh BPS, Refly Harun Jelaskan Penyebabnya
- Tidak akan ada namanya Indonesia
Nusantara akan menjadi negara masing-masing berdasarkan wilayah regionalnya, dan satu sama lain akan sering bertikai atau berbenturan seperti negara daratan yang sama-sama hidup di wilayah yang sama.
Ada juga yang mengatakan bahwa nusantara mungkin masih bersatu dalam sistem kesultanan. Masing-masing akan menggunakan bahasa daerah dan karakter yang beragam.
- Industri nusantara akan lebih maju
Kondisi yang paling mungkin jika nusantara pernah dijajah adalah industrialisasi yang lebih maju dari sekarang.
Baca Juga: 4 Negara yang Mencetak Uangnya di Indonesia, Salah Satunya Adalah Ringgit Malaysia
Sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari Instagram @sayafatih, Hampir semua kota pesisir nusantara berkembang pesat berkat perdagangannya.
Dampak nyata penjajahan terhadap industri dan perdagangan di Nusantara.
Dominasi ekonomi oleh VOC diikuti oleh Belanda, yang membuat kemajuan ekonomi rakyat yang saat itu terhambat.
Padahal, intensitas perdagangan kerajaan-kerajaan Nusantara sekitar abad ke-17 tak kalah bersaing dengan Eropa.***
