WNI Perantau Ini Bongkar Permainan Harga Hotel dalam Bisnis Karantina dan PCR di Indonesia

- 1 November 2021, 18:35 WIB
WNI Perantau Ini Bongkar Permainan Harga Hotel dalam Bisnis Karantina dan PCR di Indonesia
WNI Perantau Ini Bongkar Permainan Harga Hotel dalam Bisnis Karantina dan PCR di Indonesia /Tangkap Layar YouTube.com/Hersubeno Point

KABAR BESUKI - Baru-baru ini seorang WNI perantau di New York membongkar permainan harga hotel dalam bisnis karantina dan PCR di Indonesia.

WNI perantau bernama Tata Kesantra ini menceritakan pengalamannya ketika pulang ke Indonesia pada Mei 2021 lalu.

WNI perantau tersebut menceritakan pengalamannya ketika diminta untuk memilih hotel demi memenuhi kewajiban karantina usai mendarat di Indonesia, dan ketika itu dia menemukan banyak hotel yang sudah full booked.

"Ya itu memang pengalaman saya dan keluarga waktu datang ke Indonesia. Jadi saya mendarat di Cengkareng itu tanggal 1 Mei, kita masuk di bandara, kita diminta untuk memilih hotel karena kita harus karantina. Jadi kesalahan pertama mestinya kita tuh booking dulu hotel, ternyata bisa cari daftar hotel. Dari semua hotel itu, sebagian besar kosong karena mereka sudah full booked," kata Tata Kesantra sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Hersubeno Point pada Senin, 1 November 2021.

Baca Juga: Naik Pesawat Tidak Lagi Menggunakan Tes PCR, Muhadjir Effendi: Untuk Wilayah Jawa dan Bali

Ketika itu, dia menemukan tiga hotel yang masih beroperasi, namun salah satu di antaranya sudah tidak dapat menerima tamu lagi karena sudah dipesan untuk WN India yang harus menjalani masa karantina selama dua minggu.

Karena dia hanya diwajibkan karantina selama lima hari, dia memperoleh dua pilihan hotel yakni satu hotel di Kemayoran dan satu lainnya di Kota Tua.

"Ada dua hotel yang terbuka waktu itu dan ada satu lagi hotel. Tapi satu hotel itu nggak terima kita, karena dia hanya khusus untuk warga yang datang dari India, karena waktu itu untuk warga yang di India masa karantinanya dua minggu, kalau kami lima hari. Artinya kami dapat dua pilihan, satu hotel yang di Kemayoran, satu hotel yang di Kota Tua," ujarnya.

Karena faktor jarak dengan bandara, dia pun memutuskan untuk menginap di hotel yang terletak di kawasan Kota Tua.

"Kami pilih yang di Kota Tua karena Kemayoran cukup jauh karena kita harus berangkat ke Aceh waktu itu, ke tempat istri saya," katanya.

Baca Juga: 3 Syarat Naik Pesawat untuk Perjalanan Domestik, Apakah Pakai Kartu Vaksin dan Wajib Tes PCR? Simak Yuk

Saat memesan hotel bersama sang istri dan anak beserta satu orang temannya, dia dikenakan charge Rp5,8 juta untuk satu orang tamu.

Menurut pengakuannya, harga tersebut sudah termasuk harga makan dan tes PCR sebanyak dua kali.

"Yang perlu dicatat, waktu itu kami datang kita approach mereka, kita di-charge Rp5,8 juta per individu. Jadi waktu saya sama istri saya datang dengan anak saya dan temannya (empat orang). Jadi kita di-charge empat orang, kalau satu kamar kenapa di-charge (empat orang)? Karena Rp5,8 juta itu sudah termasuk harga hotel, harga makannya, dan harga PCR nya dua kali," ujar dia.

Baca Juga: Perjalanan Darat Jarak 250 Km Kini Wajib Tes PCR, Ferdinand Haean: Jangan Gunakan Kewenangan untuk Keuntungan

Dia dan istrinya pun merasa keberatan dengan harga yang ditawarkan pihak hotel, begitupun dengan anak beserta temannya.

Setelah melalui negosiasi, akhirnya dia memperoleh kesepakatan harga Rp8 juta untuk pemesanan satu kamar dengan kapasitas dua orang, termasuk dua kali PCR dan makan tiga kali sehari. 

"Saya dan istri saya keberatan dan juga anak saya dan temennya keberatan karena kita bilang 'Kita nggak perlu dua kamar suami istri kan?'. Akhirnya negosiasi ketemu angka Rp8 juta untuk dua orang satu kamar, jadi masing-masing dapat dua kali PCR dan makan tiga kali sehari," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Hersubeno Point


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah