“Seharusnya kita harus melihat itu sebagai paket dunia yang hendak mengakhiri Islamofobia,” sambungnya.
Namun sayangnya, Rocky Gerung menilai bahwa di Indonesia justru masih suka mengeksploitasi isu Islamofobia.
Ia bahkan menyebut bahwa masih banyak buzzer partai politik yang dungu dan tidak bisa membaca perubahan politik dunia.
“Tapi dasar buzzer-buzzer dari beberapa partai itu dungu, dia gak bisa baca perubahan politik dunia, jdi kita akhirnya tau kemampuan berpikir mereka yang terus mengeksploitasi Islamofobia di Indonesia itu nyaris nol,” jelasnya.
“Jadi dunia baru dihasilkan, sementara kita di Indonesia masih doyan ngotak ngatik soal agama,” imbuhnya.
Lebih lanjut, mantan dosen Filsafat Universitas Indonesia itu juga mengatakan bahwa Indonesia seharusnya memanfaatkan momentum ini untuk bisa mengakhiri isu Islamofobia.
Karena menurutnya, kebebasan rakyat Indonesia tidak boleh dihalangi oleh desain politik rezim yang hendak mengontrol masyarakat sipil dengan menggaungkan fobia terhadap politik Islam.
“Ini momentum sebetulnya untuk Indonesia untuk mengakhiri Islamofobia, karena kita sepakat untuk menghasilkan perdamaian dunia dan menciptakan kesetaraan manusia atau warga negara untuk mengucapkan apa saja sebagai aspirasi,” ujar Rocky Gerung.