Yusuf Martak juga mengaku pernah ditanya oleh salah seorang tokoh lintas agama yang mengikuti Aksi 212 dengan mengenakan kalung bersimbol salib.
Dia tak mempermasalahkan hal tersebut, bahkan mempersilahkan tokoh tersebut untuk menampakkannya agar lebih dihormati sebagai tamu.
"Tadinya dia pikir bayangan dia bakal mengalami perlakuan yang tidak baik, ternyata tidak. Ada salah satu dia bilang 'Ustadz, kalau saya nanti kelihatan kalung salib saya?', saya bilang 'Pakai kalung yang lebih besar, keluarkan dari baju, biar Anda nanti tahu perlakuan (umat Islam)'," katanya.
Lebih lanjut, Yusuf Martak menegaskan bahwa ajaran Islam sangat memuliakan tamu tak terkecuali dari kalangan lintas agama.
"Justru di situ malah dihormati karena dianggap tamu kan? Kita dalam agama Islam itu, menghormati tamu adalah segala-galanya," ujar dia.
Di sisi lain, Yusuf Martak mengungkapkan bahwa pemerintah pusat saat ini seolah tak memberikan ruang untuk diskusi bagi pihak-pihak yang berseberangan secara politik.
Ketika dirinya bersama tokoh GNPF MUI lainnya seperti Ustadz Bachtiar Nasir dan Ustadz Zaitun Rasmin sempat bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara pada tahun 2017 lalu, dia mengatakan tak ada titik temu atau tindak lanjut rekonsiliasi pasca dialog.
"Kita ini tidak pernah diberikan ruang untuk diskusi kan? Saya 2017 ketemu dengan Pak Jokowi, tapi tidak ada tindak lanjut," tuturnya.***