Geger Pernyataan Rektor Prof Budi Santoso Dianggap Rasis 'Mahasiswi Menutup Kepala Ala Manusia Gurun'

- 30 April 2022, 15:30 WIB
Geger Pernyataan Rektor Prof Budi Santoso Dianggap Rasis 'Mahasiswi Menutup Kepala Ala Manusia Gurun'
Geger Pernyataan Rektor Prof Budi Santoso Dianggap Rasis 'Mahasiswi Menutup Kepala Ala Manusia Gurun' /Twitter @maspiyuaja

KABAR BESUKI – Baru-baru ini, media sosial tengah digegerkan dengan pernyataan diduga sosok Rektor dari Institut Teknik Kalimatan, Prof Budi Santoso Purwokartiko.

Pernyataan yang diduga dari Prof Budi Santoso Purwokartiko tersebut dianggap bertendensi rasis, terutama pada bagian 'mahasiswi menutup kepala ala manusia gurun'.

Publik mempertanyakan diksi yang dipilih Profesor Budi Santoso Purwokartiko dalam status Facebook-nya. Diketahui, ia menulis kalimat 'mahasiswa menutupi kepalanya seperti orang gurun'.

Baca Juga: Sosok Wanita Ini Wajahnya Berubah Jadi Gosong Usai Pamer Wajah Glowing Berseri, Diduga Kena Penyakit ‘Ain’

Pernyataan yang diduga Prof Budi Santoso Purwokartiko dilaporkan ditulis pada Rabu, 27 April 2022.

Dalam penelitian lanjutan, diduga tulisan Prof Budi Santoso Purwokartiko ditujukan untuk beberapa mahasiswa yang akan mengikuti seleksi beasiswa LPDP.

Awalnya, diduga Prof Budi Santoso Purwokartiko menceritakan pengalamannya dalam wawancara dengan beberapa mahasiswa yang dibiayai pemerintah untuk belajar di luar negeri.

Baca Juga: Jokowi Undang Putin ke KTT G20, Amerika Serikat: Rusia Tidak harus Menjadi Bagian KTT G20

Kemudian, masih dalam tulisannya, diduga Profesor Budi Santoso Purwokartiko bahkan memuji para mahasiswa yang merupakan penerus bangsa ini.

Kemudian diduga Prof Budi Santoso Purwokartiko tampak berusaha mengidentifikasi individu-individu cerdas tersebut.

Namun, justru pada titik inilah masalah utama menuai kritik dari publik.

Baca Juga: Puan Maharani Minta Kader Jangan Pilih Pemimpin yang Seliweran di Medsos, Saeful Zaman: Intinya itu Pilihlah

“Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa.lika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145 bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen. Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha2 untuk mendukung cita2nya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisrne dsb. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata2nya juga jauh dari kata2 langitinsaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi2 di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14„ ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita tanpa karya teknologi,” bunyi pernyataan diduga dari Prof Budi Santoso Purwokartiko.

Dalam paragraf ini, pilihan diksi diduga Prof Budi Santoso Purwokartiko berkaitan dengan ‘menutup kepala seperti orang gurun’ bagian ini lah yang dikritik oleh banyak orang.***

Editor: Aliefia Rizky Nanda Herita

Sumber: Twitter @maspiyuaja


Tags

Terkini

x