Taliban Perintahkan Wanita Gunakan Burqa dan Harus Meninggalkan Rumah

- 9 Mei 2022, 11:08 WIB
Ilustrasi Wanita Gunakan Burqa.
Ilustrasi Wanita Gunakan Burqa. /Pixabay/jürgen Scheffler/Pixabay

KABAR BESUKI - Penguasa Taliban telah memerintahkan semua wanita Afghanistan untuk mengenakan pakaian dari ujung kepala sampai kaki (Burqa), perempuan juga harus meninggalkan rumah hanya jika diperlukan dan saudara laki-laki akan menghadapi hukuman.

Sebuah poros garis keras yang tajam yang menegaskan ketakutan terburuk para aktivis hak asasi terkait semakin rumitnya urusan Taliban dengan komunitas internasional yang sudah tidak percaya.
 
Peraturan tersebut dimulai dengan adanya peningkatan panggilan ke persidangan dan penahanan di penjara terkait pelanggaran kode etik berpakaian perempuan.
 
Itulah serangkaian dekrit represif terbaru yang dikeluarkan oleh kepemimpinan Taliban, yang tidak semuanya dilaksanakan.
 
Bulan lalu misalnya, Taliban melarang perempuan untuk bepergian sendirian tetapi seharian di tentang dan diam-diam diabaikan.
 
Misi bantuan PBB di Afghanistan mengatakan sangat prihatin dengan apa yang tampaknya menjadi arahan formal yang seharusnya dilaksanakan dan ditegakkan.
 
PBB juga sedang mencari klarifikasi dari Taliban tentang keputusan tersebut.
 
"Keputusan ini bertentangan dengan banyak jaminan mengenai penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia warga Afghanistan, termasuk perempuan dan anak perempuan, yang diberikan kepada masyarakat internasional oleh perwakilan Taliban selama diskusi dan negosiasi pada dekade terakhir," katanya.
 
Dekrit tersebut menyerukan agar wanita hanya menunjukkan muka mereka dan merekomendasikan mereka menggunakan burqa dari ujung kepala hingga ujung kaki.
 
Dilansir Kabar Besuki dari 9 News, Taliban sebelumnya memutuskan membuka kembali sekolah untuk anak perempuan diatas kelas 6.
 
Mengingkari janji sebelumnya dan memilih untuk menenangkan basis garis keras dengan mengasingkan diri dari komunitas internasional.
 
Namun dekrit ini tidak mendapat dukungan luas diantara kepemimpinan yang terbagi antara pragmatis dan garis keras.
 
"Untuk semua wanita Afghanistan yang bermartabat, mengenakan hija itu perlu dan hijab terbaik adalah chador (burqa dari kepala hingga ujung kaki) yang merupakan tradisi yang harus dihormati," kata Shir Mohammad, seorang pejabat dari kementerian.
 
"Perempuan-perempuan yang tidak terlalu tua atau muda harus menutup wajah, kecuali mata," katanya.
 
"Prinsip-prinsip Islam dan ideologi Islam lebih penting dari apapun," kata Hanafi.
 
Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengutuk keputusan Taliban pada Sabtu dan mendesak mereka membatalkannya.
 
"Kami sedang mendiskusikan hal ini dengan negara mitra lain. Legitimasi dan dukungan yang dicari Taliban dari komunitas internasional sepenuhnya bergantung pada perilaku mereka, khususnya kemampuan mereka untuk mendukung komitmen yang dinyatakan dengan tindakan," katanya.
 
Sejak mengambil alih putusan Agustus lalu, para pemimpin Taliban telah bertengkar di antara mereka sendiri saat berjuang untuk transisi dari perang menuju pemerintahan.
 
Seorang juru bicara dari Pangea, sebuah organisasi non-pemerintah Italia yang telah membantu perempuan bertahun-tahun di Afghanistan, mengatakan bahwa keputusan baru akan sangat sulit bagi mereka yang hidup dalam kebebasan.
 
"Dalam 20 tahun terakhir, mereka telah memiliki kesadaran akan hak asasi manusia, dan dalam rentan beberapa bulan telah kehilangan mereka," kata Silvia Redigolo via telepon.
 
Kemarahan banyak orang Afghanistan adalah pengetahuan bahwa banyak generasi muda Taliban, seperti Sirajuddin Haqqani, mendidik anak perempuan mereka di Pakistan, sementara di Afghanistan perempuan dan anak perempuan menjadi sasaran dekrit represif mereka sejak mengambil alih kekuasaan.
 
Anak perempuan telah dilarang bersekolah di luar kelas 6 di sebagian besar negara sejak kembalinya Taliban. Universitas dibuka awal tahun ini di sebagian besar negara, tetapi sejak mengambil alih kekuasaan, dekrit Taliban tidak menentu.
 
Sementara beberapa provinsi terus memberikan pendidikan untuk semua, sebagian besar provinsi menutup lembaga pendidikan untuk anak perempuan dan perempuan.
 
Pemerintahan Taliban yang didorong oleh agama khawatir bahwa melanjutkan dengan mendaftarkan gadis-gadis di luar kelas enam dapat mengasingkan basis pedesaan mereka, kata Hashmi.
 
Di ibukota, Kabul, sekolah swasta dan universitas telah beroperasi tanpa gangguan.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: 9 News


Tags

Terkait

Terkini

x