Pro Kontra European Super League, Egoisme Klub Raksasa atau Perlawanan Terhadap UEFA?

- 20 April 2021, 03:05 WIB
Logo European Super League .
Logo European Super League . /Twitter/@Goal/

Klub-klub penggagas ESL beranggapan bahwa selama ini mereka hanya dijadikan “sapi perah” UEFA seiring dengan padatnya kalender kompetisi yang harus dijalani klub maupun pemain di dalamnya.

Baca Juga: Hadir di Indonesia, Instagram Lite Berikan Konten Ramadhan Serta Tawarkan Versi Hemat Kuota Internet

Sebagian petinggi klub pendiri ESL mengeluh terhadap adanya dugaan korupsi yang disinyalir terjadi dalam internal UEFA sehingga menyebabkan pundi-pundi uang yang harusnya mereka peroleh ketika bertanding di ajang UCL maupun UEL.

Mereka beranggapan, UEFA tidak transparan mengenai pembagian hasil dari pendapatan hak siar kepada klub-klub peserta UCL maupun UEL karena uang yang mereka terima tak sebanding dengan pengeluaran dan effort yang mereka kerahkan.

Belum lagi, UEFA justru menambah kalender kompetisi mereka dengan adanya UEFA Nations League (UNL) sejak 2018 dan nantinya UEFA Europa Conference League (UECL) yang rencananya akan digulirkan sejak musim 2021-22 mendatang.

Kompetisi tersebut dinilai tak lebih dari sekedar upaya UEFA untuk meningkatkan pundi-pundi uang dari pendapatan hak siar, meski penonton akan semakin dimanjakan dengan banyaknya jadwal siaran langsung di televisi atau layanan streaming.

Baca Juga: Bank Indonesia Jember: Masyarakat Sudah Bisa Tukar Uang Pecahan Rp75 ribu untuk THR Lebaran

Baca Juga: Sangat Mudah dan Tidak Merepotkan, Sejumah 9 Tanaman Hias Ini Bisa Bertahan Bahkan di Tempat Gelap

Bahkan, adanya kompetisi UEFA Nations League juga kerap dikeluhkan beberapa pelatih klub karena dianggap sering menjadi penyebab beberapa pemain andalannya mengalami cedera menjelang pertandingan penting di ajang domestik maupun UCL atau UEL.

Sehingga, upaya dua belas klub elit Eropa untuk menggelar ESL dianggap sebagai bentuk “perlawanan” terhadap arogansi UEFA yang dinilai hanya memikirkan aspek bisnisnya dengan mengabaikan kepentingan klub dan pemain.

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: UEFA FIFA


Tags

Terkini

x