Awalil Rizky Sebut Jokowi Ingkar Janji Karena Lemahnya Pertumbuhan Pendapatan Nasional dan Hutang Meningkat

23 September 2021, 13:43 WIB
Awalil Rizky Sebut Jokowi Ingkar Janji Karena Lemahnya Pertumbuhan Pendapatan Nasional dan Hutang Meningkat /Kabar Banten/

KABAR BESUKI - Pengamat ekonomi Awalil Rizky menyebut Jokowi ingkar janji karena lemahnya pertumbuhan pendapatan nasional dan hutang bertambah.

Awalil Rizky mengutip sebuah data yang menunjukkan bahwa selama masa pemerintahan Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai tak sesuai dengan apa yang dijanjikan pada masa kampanye.

Sebaliknya kata dia, hutang Indonesia justru semakin bertambah beserta bunga yang harus dibayar selama masa pandemi.

Baca Juga: Siti Mufattahah Ingatkan Pemerintah Terkait Bahaya Laten Hutang Negara yang Tidak Terkalkulasi dengan Baik

Awalil Rizky menyoroti salah satu janji Jokowi di masa kampanye yang menjanjikan pertumbuhan ekonomi fantastis bagi Indonesia.

Akan tetapi kata dia, PDB maupun pendapatan nasional justru tidak naik secara signifikan sebagaimana yang telah dijanjikan.

"Salah satu (janji Jokowi) yang tidak terbukti adalah pendapatan domestik bruto (PDB) dan pendapatan nasional tidak naik kencang," kata Awalil Rizky sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Hersubeno Point pada Kamis, 23 September 2021.

Baca Juga: Fadli Zon Soroti Hutang PLN yang Saingi Garuda Indonesia: Fakta Ini Juga Ikut Membuat Kita Heran

Mengacu pada sebuah data resmi, Awalil Rizky menyebut bahwa kenaikan pendapatan nasional sebelum pandemi hanya tumbuh pada kisaran angka lima persen.

Ketika pandemi berlangsung, pendapatan nasional justru mengalami kontraksi bahkan menyebabkan Indonesia sempat dinyatakan masuk dalam resesi.

"Sebelum pandemi, dia hanya naik lima persen, setelah pandemi justru kontraksi atau nanti (tahun ini) akan melaju sedikit," ujarnya.

Baca Juga: BUMN Lakukan Berbagai Upaya Untuk Menekan Hutang PLN, Erick Thohir: PLN Itu Hutangnya 500 Triliun

Selain itu, Awalil Rizky mengatakan bahwa hutang negara dibayar langsung oleh pemerintah dengan pendapatannya.

Namun sayangnya, pendapatan yang diterima pemerintah sebelum pandemi juga tak seperti yang diharapkan.

"Yang kedua, pemerintah membayar (hutang) secara langsung dengan pendapatannya. Ternyata kenaikan pendapatan pemerintah sebelum pandemi juga tidak seperti yang diharapkan," ucapnya.

Baca Juga: Hutang Ilegal, Malaysia Tidak Mau Bayar Hutang ke China Senilai 4500 Triliun, Ini Faktanya!

Akibat pendapatan nasional yang tak kunjung sesuai harapan, beban hutang yang ditanggung oleh negara menjadi jauh lebih berat.

Bahkan, total yang harus dibayarkan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya bunga.

"Maka, beban hutang yang harus dicicil menjadi berat dari sisi pembayar hutang. Dan hutang berbunga, bunganya meningkat kan kalau hutangnya bertambah," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Hersubeno Point

Tags

Terkini

Terpopuler