Waspadai Kerokan Ketika Masuk Angin! Ternyata Begini Faktanya Bagi Kesehatan

- 9 Maret 2021, 19:54 WIB
Ilustrasi gejala masuk angin.
Ilustrasi gejala masuk angin. /Pixabay.com/nastya_gepp

KABAR BESUKI - Kerokan adalah salah satu bentuk pengobatan tradisional yang dilakukan di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur lainnya, seperti Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam, Korea Selatan dan Cina bagian selatan.

Di Vietnam dan Kamboja, praktik ini disebut cao gio dan di Tiongkok gua sha. Di Indonesia praktek ini dikenal dengan kerokan, yang berasal dari bahasa jawa yang artinya mengikis.

Kerokan adalah terapi dermabrasif yang digunakan untuk mengatasi gejala flu biasa seperti mual, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, pusing dan pingsan. Ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, yang biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam lima sampai tujuh hari.

Kerokan adalah salah satu cara untuk menghangatkan tubuh karena menggosok kulit menghasilkan panas. Kerokan biasanya dilakukan di punggung, leher, bahu dan dada biasanya menggunakan minyak kayu putih, balsem atau minyak kelapa.

Baca Juga: Lirik Lagu Bruno Mars & Anderson Paak ‘Leave The Door Open’ Tempati Trending ke-28 YouTube Indonesia

Kerokan dimulai dengan menggunakan ujung koin secara kuat untuk menghasilkan garis-garis sejajar di dada dan punggung. Dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat tumpul lainnya, seperti sendok, tulang atau tongkat kayu, dan untuk anak-anak, bawang merah dengan minyak kelapa.

Dalam kasus kerokan, masyarakat Indonesia meyakini praktik tersebut dilakukan untuk mengeluarkan angin dingin berlebih yang dianggap penyebab atas penyakit tersebut. Di Indonesia gejala flu biasa disebut masuk angin, yang secara harfiah diterjemahkan sebagai ‘masuk angin’.

Konon tanda kemerahan melambangkan lenyapnya angin dingin dari dalam tubuh. Padahal faktanya, itu tidak sepenuhnya benar, karena orang yang sehat akan mendapatkan tanda kemerahan yang sama jika kulitnya digosok. Orang juga percaya bahwa jika orang yang sakit banyak berkeringat dan mengeluarkan kentut, ini pertanda angin dingin keluar dari tubuh.

Baca Juga: Begini Manfaat Berpelukan, Bisa Mengurangi Stres hingga Meningkatkan Kepercayaan Diri

Secara ilmiah, gagasan tersebut terdengar tidak masuk akal karena angin tidak dapat masuk atau keluar dari tubuh melalui kulit, dan juga angin bukan merupakan penyebab sakit.

Beberapa orang menganggapnya sebagai prosedur yang tidak berbahaya, tetapi kerokan dapat menyebabkan iritasi kulit, menimbulkan tanda merah parah yang menurut beberapa orang modern tidak cocok dengan metode ini, karena meninggalkan bekas.

Efek samping lainnya termasuk ketergantungan fisik dan psikologis pada kerokan. Beberapa orang rutin melakukan kerokan meski tidak mengalami gejala yang serius.

Tubuh memiliki setidaknya 360 titik akupunktur yang berkaitan dengan organ di dalam tubuh. Jika kerokan dilakukan dengan benar, titik akupunktur bisa dijangkau. Selain itu, kerokan akan memberikan tekanan pada titik-titik yang mungkin juga mempengaruhi sistem saraf dan otak yang memproduksi hormon endorfin.

Baca Juga: Tidak Merasa Menjadi Perempuan, Mulai Sejak Kecil Aprilia Manganang Merasa Dirinya Laki-Laki

Tubuh memproduksi endorfin sebagai reaksi lokal untuk meredakan rasa sakit saat kerokan, tetapi karena terus dilakukan, tubuh dapat memproduksi hormon secara berlebihan.

Pelepasan endorfin membuat tubuh mengatasi rasa sakit dengan lebih baik, tetapi juga dapat membuat orang tersebut merasa lebih membutuhkannya daripada yang diperlukan dan ketergantungan.

 Baca Juga: Dinilai Efektif Tekan Penyebaran Covid-19, Pemprov Jatim Resmi Perpanjang PPKM Mikro

Dalam The Art of Medical Anthropology, Susan R. Whyte menulis bahwa komunikasi selama proses kerokan memiliki manfaat psikologis bagi orang yang sakit dan dapat membuat seseorang ingin melakukan kerokan lagi dan lagi.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: The Conversation


Tags

Terkini

x