Apa Itu Toxic Productivity? Para Ahli Ungkap Dampak Negatif yang Akan Terjadi dan Cara Mengatasinya

- 17 Mei 2021, 09:30 WIB
Ilustrasi Workaholic, Salah Satu Indikasi Toxic Productivity
Ilustrasi Workaholic, Salah Satu Indikasi Toxic Productivity /Pexels/Gustavo Fring/


KABAR BESUKI -
 Toxic Productivity merupakan kondisi di mana seseorang sangat terobsesi dan berupaya untuk mengejar impian yang seringkali tidak realistis.

Toxic productivity merupakan pengembangan istilah baru dari workaholic, yakni sifat yang menggambarkan bahwa seseorang menderita "gila kerja".

Pada dasarnya, toxic productivity merupakan keinginan yang tidak sehat untuk menjadi produktif setiap saat dan dengan cara apapun.

Baca Juga: Ahli Ungkap Sering Ambil Cuti Kerja Ternyata Bisa Memperpanjang Umur, Ini Alasannya

Bahkan, toxic productivity seringkali tak pernah berhenti ketika segala tugas dan tanggung jawab harian telah terpenuhi.

Meski secara teknis Anda telah selesai melaksanakan tugas harian, Anda mungkin seringkali merasa bersalah karena tidak melakukan hal yang jauh lebih baik dari standar kinerja yang telah ditetapkan.

Simone Milasas yang merupakan seorang mentor bisnis mengatakan, penderita toxic productivity pada level akut seringkali merasa tak pernah cukup meski telah mencapai puncak produktivitas mereka.

Baca Juga: 6 Zodiak Paling Workaholic alias Gila Kerja, Sulit untuk Mengalihkan Perhatian Mereka dari Pekerjaan

"Toxic productivity dapat membuat kita merasa gagal jika kita tidak terus-menerus bekerja," kata Simone Milasas sebagaimana dilansir Kabar Besuki dari Huff Post.

Menurutnya, penderita toxic productivity cenderung jarang mensyukuri terhadap berbagai keberhasilan kecil yang telah dicapai seseorang dalam sehari.

"Ketika toxic productivity mengendalikan hidup Anda, Anda menilai diri sendiri setiap hari atas apa yang belum Anda lakukan daripada melihat apa yang telah Anda capai," ujarnya menambahkan.

Baca Juga: 9 Profesi yang Tetap Bekerja Meski Saat Hari Libur Lebaran, Pekerjaan Menuntut Mereka Selalu Siaga

Sementara itu, seorang psikolog sekaligus pendiri Telethrapist Network bernama Kathryn Esquer mengatakan bahwa banyak orang yang telah terjebak dalam toxic productivity khususnya selama pandemi berlangsung.

Sebab, banyak orang dihadapkan pada ketidakpastian nasibnya sendiri mengingat kondisi perekonomian yang tidak menentu dan menyebabkan sejumlah perusahaan terpaksa melakukan rasionalisasi atau PHK terhadap sebagian karyawannya.

"Kita bisa saja menggunakan waktu luang kita untuk beristirahat, mengisi ulang, dan memulihkan diri kita sendiri, tetapi banyak dari kita mengisi jam-jam itu dengan lebih banyak pekerjaan sebagai cara untuk merasa layak, terpenuhi, dan dalam kendali," kata Esquer.

Baca Juga: Sedang Naik Daun, Inilah 6 Pekerjaan di Bidang E-Commerce yang Bisa Dijadikan Acuan Para Pencari Kerja

Padahal, dengan beristirahat sejenak dari pekerjaan terdapat banyak hal yang dapat dipelajari seperti mengasah keterampilan baru, mencoba berbagai hal baru, memperkaya pengetahuan, dan lain-lain.

Esquer juga berpendapat, menjadi produktif di lingkungan terdekat kita mengalihkan pikiran kita dari rutintias pekerjaan untuk sementara waktu.

"Secara umum, ketika lingkungan kita memberi kita stres atau ancaman yang berada di luar kendali kita, seringkali kita mendapati diri kita berfokus pada hal-hal kecil dalam lingkungan terdekat kita yang dapat kita kendalikan, seperti membersihkan rumah kita atau unggul dalam proyek-proyek kerja," ujar dia.

Baca Juga: 10 Ciri-Ciri Perfeksionis Garis Keras yang Dapat Memberi Dampak Buruk Pada Kesehatan Mental

Dan ketika Anda begitu terpaku pada pengoptimalan diri, Anda sebenarnya berisiko menjadi kurang produktif. Akhirnya, Anda akan kelelahan.

Lebih lanjut, Milasas mengatakan bahwa toxic productivity juga berpotensi merusak hubungan Anda dengan orang lain (keluarga, teman, pasangan, dan lain-lain).

"Anda mungkin mudah marah dan frustrasi dengan orang-orang yang dekat dengan Anda. Sungguh melelahkan untuk terjebak dalam siklus toxic productivity," ujar Milasas.

Baca Juga: Harus Tau! Berhenti Merokok Ternyata Bisa Membantu Memperbaiki Kesehatan Mental

Apakah Anda ingin keluar dari jeratan toxic productivity? Berikut ini cara mengatasinya:

  1. Kenali tanda-tandanya dan akui masalahnya
  2. Fokus dengan hal-hal yang dapat Anda lakukan
  3. Menyadari bahwa atasan sesungguhnya tidak tertarik dengan sikap "gila kerja"
  4. Rajin merawat diri sendiri lahir dan batin
  5. Bersikap profesional dengan seperlunya saat bekerja
  6. Hilangkan mentalitas "budaya hiruk pikuk".

Bagaimana dengan Anda? Semoga artikel ini bermanfaat dan hindarilah toxic productivity mulai sekarang.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: Huff Post


Tags

Terkini