Hasilnya, orang yang berada dalam kelompok kondisi normal menyelesaikan tes secara profesional dan sopan.
Di kelompok yang sedang marah, partisipan cenderung tidak terorganisir, meremehkan, menghina, kehilangan dokumen, hanya memberikan instruksi yang tidak jelas, mengerjakan sesuatu yang tidak perlu, dan menyela peserta lainnya.
Dari kelompok orang yang sedang marah itu, sebagian besar masih ingat apa yang terjadi di dalam cuplikan film tersebut.
Namun mereka lebih rentan terhadap misinformasi dibandingkan mereka yang berada dalam kondisi netral.
Dengan kata lain, peserta yang marah lebih cenderung salah mengartikan detail tes dan apa yang mereka lihat dalam cuplikan film.
Para peneliti juga menemukan bahwa partisipan dalam kondisi marah cenderung lebih percaya diri dengan keakuratan ingatan mereka.
Tetapi di antara peserta tersebut, peningkatan kepercayaan diri dikaitkan dengan penurunan akurasi atau ketepatan.
menurut peneliti, kemarahan tidak hanya membuat ingatan seseorang lebih buruk, tapi juga semakin rentan terhadap jenis kesalahan memori.