Laporan Global Terbaru Ungkap Polusi Jadi Penyebab 1 dari 6 Kematian Secara Global pada Tahun 2019

- 18 Mei 2022, 14:26 WIB
Ilustrasi studi baru mengungkapkan polusi dibalik 1 dari 6 kematian global tahun 2019/Pixabay/stevepb
Ilustrasi studi baru mengungkapkan polusi dibalik 1 dari 6 kematian global tahun 2019/Pixabay/stevepb /

Tetapi kematian dini yang terkait dengan industrialisasi (polusi udara dan bahan kimia di luar ruangan) sedang meningkat, terutama di Asia selatan dan timur.

Polusi udara ambien menyebabkan sekitar 4,5 juta kematian pada 2019, menurut penelitian yang diterbitkan di Lancet Planetary Health, dibandingkan dengan 4,2 juta pada 2015 dan hanya 2,9 juta pada 2000. Polusi kimia juga meningkat, dengan keracunan timbal saja menyebabkan 900.000 kematian.

Aljazair melarang timbal dalam bensin pada tahun 2021, negara terakhir yang melakukannya. Tetapi orang-orang terus terpapar zat beracun, sebagian besar karena daur ulang baterai timbal-asam dan limbah elektronik yang tidak diatur. 

Baca Juga: Imbas Ditolak Masuk, UAS Minta Pengikutnya Tak Belanja ke Singapura: Alihkan Uangnya untuk Wakaf

“Fakta bahwa timah semakin buruk, sebagian besar di negara-negara miskin dan meningkatkan jumlah kematian itu sangat mengerikan,” kata Fuller.

“Penyakit jantung adalah penyebab hampir semua kematian dini akibat paparan timah, yang mengeraskan arteri,” sambungnya.

Tetapi peningkatan kadar timah dalam darah yang diperkirakan mempengaruhi ratusan juta anak-anak, juga membahayakan perkembangan otak dan terkait dengan hilangnya fungsi kognitif yang serius.

Laporan tersebut mengatakan jika timah juga terkait dengan lonjakan gangguan perilaku dan penurunan produktivitas ekonomi, dengan kerugian ekonomi global diperkirakan hampir US$1 triliun per tahun.

Di Afrika, kerugian ekonomi akibat hilangnya IQ terkait timah setara dengan sekitar empat persen dari produk domestik bruto, sementara di Asia jumlahnya mencapai dua persen.

Secara keseluruhan, kelebihan kematian akibat polusi telah menyebabkan kerugian ekonomi sebesar US$4,6 triliun pada 2019, atau sekitar enam persen dari output ekonomi global, kata para peneliti.

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: CNA


Tags

Terkait

Terkini

x