Gawat! WHO Prediksikan Setidaknya 2.5 Miliar Penduduk Dunia Akan Mengalami Gangguan Pendengaran di Tahun 2050

3 Maret 2021, 13:54 WIB
ilustrasi pemeriksaan telinga pexels.com/ Karolina Grabowska /

KABAR BESUKI - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan bahwa setidaknya satu dari empat orang di dunia akan mengalami masalah pendengaran sampai tahun 2050.

Tedros menyampaikan hal tersebut melalui laporan yang dirilis di Jenewa pada Selasa 2 Maret 2021 kemarin.

"Kemampuan mendengar kita sangat berharga. Kehilangan pendengaran yang tidak dirawat akan berdampak buruk pada kemampuan berkomunikasi, belajar, dan mencari nafkah," kata Tedros.

Baca Juga: Grogi Parah Saat Pertama Ketemu Anya Geraldine, Rizky Febian Minum Miras!

Ia juga menjelaskan bahwa banyak kasus kehilangan pendengaran akan mempengaruhi kesehatan mental dan kemampuannya dalam mempertahankan hubungan.

Seperti dilansir dari situ WHO, laporan tersebut menggarisbawahi kebutuhan untuk mencegah dan mendeteksi dini gejala kehilangan pendengaran.

Laporan tersebut juga menyatakan semakin tingginya kasus kehilangan pendengaran di masa depan akan terjadi karena sebagian masyarakat menganggap sepele gejalanya.

Baca Juga: Wapres Ma’ruf Amin Minta Perguruan Tinggi Tingkatkan SDM untuk Kejar Ketertinggalan Indonesia

Sebagian besar negara di dunia juga tidak memiliki sistem kesehatan pendengaran yang baik.

Akibatnya masyarakat yang memiliki gejala kehilangan pendengaran akan sulit untuk menerima pertolongan.

Namun yang paling memprihatinkan adalah rendahnya angka SDM yang bisa menangani kehilangan pendengaran.

Baca Juga: Bukan Hanya Game, Otak Kita Ternyata Punya Mode Rahasia! Begini Cara Mengaktifkannya

Menurut data yang dirilis WHO, beberapa negara berpenghasilan rendah memiliki kurang dari 78 persen spesialis THT per satu juta penduduknya.

Lalu kurang dari 93 persen audiolog; kurang dari 17 persen ahli terapi wicara, dan kurang dari 50 persen guru untuk tuna rungu.

Bahkan di negara yang berpenghasilan tinggi pun terjadi distribusi ahli pendengaran yang tidak merata.

Hal ini membuat masyarakat yang berada di daerah berpenduduk sedikit akan sulit memperoleh perawatan pendengaran.

Baca Juga: Bahaya! Jangan Dikonsumsi, 5 Makanan Ini Bisa Beracun Jika Dipanaskan Kembali

Dalam laporan juga disebutkan mengenai cara mencegah gangguan pendengaran sejak dini.

Untuk anak-anak, sekitar 60 persen kehilangan pendengaran masih bisa dicegah dengan beberapa cara seperti imunisasi untuk mencegah rubella dan meningitis.

Selain itu melakukan screening untuk mendeteksi penyakit radang telinga tengah juga bisa dilakukan untuk mencegah anak kehilangan pendengaran.

Baca Juga: Zombie Nyata Adanya! Cek 8 Mitos Ini, Apakah Benar Fakta atau Cuma Isapan Jempol?

Sedangkan untuk orang dewasa mengendalikan kebisingan, menjaga volume suara yang didengarkan, dan menjaga kebersihan telinga, akan mengurangi potensi gangguan pendengaran.

Kunci pencegahannya adalah diagnosa awal. Jika gejala gangguan pendengaran dapat dideteksi dini maka penangannya akan lebih mudah.

Teknologi pendengaran, seperti alat bantu dengar dan implan koklea, jika disertai dengan layanan dukungan yang tepat dan terapi rehabilitasi maka akan efektif akan menbantu pendengaran anak-anak dan orang dewasa.

Baca Juga: Zombie Nyata Adanya! Cek 8 Mitos Ini, Apakah Benar Fakta atau Cuma Isapan Jempol?

Dr Bente Mikkelsen, Direktur Departemen Penyakit Non-Menular WHO menjelaskan pentingnya setiap negara melakukan pendekatan ke masyarakat secara terpusat.

Karena teknologi canggih dan solusi yang ditawarkan tak akan berguna jika tidak ada alur informasi yang tepat.***

Editor: Surya Eka Aditama

Sumber: WHO

Tags

Terkini

Terpopuler