Harga Pangan Melonjak, ‘Isi Kulkas Kosong’ Muslim di Lebanon Kesulitan Penuhi Kebutuhan Bulan Ramadhan

19 April 2021, 18:56 WIB
Foto kondisi krisis pangan di Lebanon saat ini /Aini/laman resmi/Al Jazeera

KABAR BESUKI - Banyak keluarga Muslim di Lebanon berjuang untuk membeli buka puasa, makan malam yang membatalkan puasa setiap hari selama bulan suci Ramadhan, karena harga makanan melonjak di tengah krisis ekonomi terburuk di negara itu dalam beberapa dekade.

"Harganya gila-gilaan dan bahkan naik lebih selama Ramadan. sepiring salad akan berharga enam kali lebih mahal tahun ini," kata warga Beirut Um Ahmed, yang dilansir dari Al Jazeera.

"Apa yang kita lakukan? Apakah kita mengemis? Kami tidak terbiasa mengemis," imbuhnya.

Baca Juga: Jika Anda Memiliki Jenis Golongan Darah Ini, Dipastikan Berisiko Tinggi Mengalami Pembekuan Darah

Baca Juga: Awas! Meski Populer, Sejumlah Suplemen Terkenal Ini Ternyata Memiliki Bahaya Tersembunyi

Baca Juga: Memalukan Profesi Mulia Dokter, 'Kompaks' Kecam dr Kevin Samuel Marpaung Berharap Surat Izin Praktik Dicabut

Zeina Khodr dari Al Jazeera, mengatakan bahwa bagi jutaan orang di Lebanon, makanan menjadi barang mewah.

Dia mengatakan bahwa meski Ramadhan adalah acara penting bagi umat Islam, ada "beberapa tanda" yang menandai acara tersebut di banyak lingkungan Beirut.

"Lampu, dekorasi, dan kios penjual minuman tradisional yang menjadi bahan pokok di meja buka puasa sudah habis,” ujar Zeina.

Perlu diketahui, ekonomi dan mata uang Lebanon telah terjun bebas, hal tersebut berdampak mengurangi daya beli masyarakat.

Pound Lebanon turun menjadi 10.000 terhadap dolar AS pada awal Maret, dan kemudian di bulan itu, turun menjadi 15.000 yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mata uang tersebut telah kehilangan sekitar 90 persen nilainya sejak akhir 2019.

Menurut salah satu pedagang sayuran disana, harga pangan yang melonjak berakibat pelanggan mengurangi daya beli mereka, yang biasanya mereka mampu beli satu kilo sayuran, saat ini hanya bisa beli setengahnya. Bahkan ada yang langsung pergi ketiga tahu harganya.

“Mereka yang dulu membeli satu kilo sayuran sekarang membeli setengahnya, sementara yang lain membeli per potong. Beberapa pergi begitu saja setelah mengetahui harganya,” kata Ahmed, seorang penjual sayur.

Baca Juga: Makan di Malam Hari Ternyata Penyebab Anda Tak Nyenyak Tidur Bahkan Susah Tidur, Kok Bisa? Simak Ulasannya

Baca Juga: Apabila Kuku Kaki Anda Terlihat Gelap, Bisa Jadi Kemungkinan Anda Terkena Gejala Baru Covid-19

Sebagai salah satu contoh, apabila satu bulan makan buka puasa untuk sebuah keluarga beranggotakan lima orang sekarang diperkirakan menelan biaya dua setengah kali lipat dari upah minimum yang bernilai $ 60 pada harga pasar gelap.

Sementara itu, harga pangan telah meroket bahkan untuk kebutuhan pokok rumah tangga yang paling sederhana.

Lebanon mengimpor sebagian besar barangnya, termasuk makanan, dan inflasi pangan di Lebanon adalah yang tertinggi di dunia, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa karena harga pangan telah melonjak di atas 400 persen

“Gaji kami tidak berubah tapi harga melonjak,” kata warga Hana Sader.

Meski gandum disubsidi oleh pemerintah, harga roti juga mengalami kenaikan.

Baca Juga: Meski Identitasnya Belum Jelas, Inilah 3 Bukti Cinta Aldebaran 'Ikatan Cinta' yang Selalu Ada untuk Reyna

Baca Juga: Benarkah Akan Langsung Mengalami Pembekuan Darah Usai Divaksin COVID-19? Simak Penjelasannya!

Membeli satu bungkus roti sehari selama sebulan menghabiskan lebih dari 10 persen dari upah minimum.

Badan amal harus memperluas upaya mereka untuk membantu mereka yang membutuhkan, karena pengangguran di negara berpenduduk lima juta orang itu meningkat.

Maya Terro yang merupakan salah satu pendiri Food Blessed, sebuah organisasi yang memberi makan sekitar 1.600 keluarga setiap bulan.

"Mereka mengatakan jika mereka tidak menerima kotak makanan bulan ini, itu mungkin berarti kami mungkin tidak berbuka puasa atau kami harus makan setengah dari jumlah itu," katanya kepada Al Jazeera.

Pandemi virus korona saat ini juga telah memperburuk ketimpangan sosial ekonomi, dengan lebih dari separuh keluarga Lebanon hidup dalam kemiskinan.

Bulan lalu, protes atau demonstrasi melanda kota-kota Lebanon. Para demonstran memasang penghalang jalan di jalan raya utama.

Selain itu, kebuntuan politik menambah kesengsaraan Lebanon karena Perdana Menteri yang ditunjuk Saad Hariri dan Presiden Michel Aoun terus berselisih mengenai pembentukan pemerintahan baru dan bagaimana kementerian akan dialokasikan.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler