Diduga Ulah Pemberontak Taliban, Ledakan yang Menargetkan Sekolah di Afganistan Menewaskan 40 Orang

9 Mei 2021, 00:53 WIB
KORBAN SERANGAN - Seorang sisiwi yang terluka dibawa ke rumah sakit setelah ledakan di Kabul, Ibu Kota Afghanistan, Sabtu, 8 Mei 2021. /MOHAMMAD ISMAIL/REUTERS / MOHAMMAD ISMAIL

KABAR BESUKI - Ledakan yang menargetkan sebuah sekolah di ibu kota Afghanistan, Kabul, Sabtu menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai puluhan lainnya.

Diketahui korban kebanyakan pelajar perempuan, dalam serangan yang dituduhkan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kepada pemberontak Taliban.

Seorang pejabat senior kementerian dalam negeri mengatakan, bahwa sebagian besar korban adalah siswa yang keluar dari sekolah Sayed ul Shuhada.

Baca Juga: MUI Mengecam dan Menyebut Biadab Tindakan Israel yang Menyerang Warga Palestina di Masjid Al-Aqsa

Rekaman di saluran TV ToloNews menunjukkan pemandangan kacau di luar sekolah, dengan buku dan tas sekolah berserakan di jalan berlumuran darah, dan warga bergegas untuk membantu para korban.

Di rumah sakit terdekat, staf mendorong siswa yang terluka sementara puluhan kerabat yang tertekan mencari putra dan putri mereka dengan putus asa, menurut seorang saksi mata Reuters.

Dilansir Kabar Besuki dari Reuters, Juru bicara kementerian dalam negeri, Tariq Arian, menyebutkan korban tewas sedikitnya 30 orang dan luka-luka 52 orang, tetapi tidak menyebutkan penyebab atau targetnya.

Baca Juga: Setelah Joe Biden, Kini Indonesia Menyetujui dan Dukung Penghapusan Hak Paten Vaksin Covid-19

Kabul berada dalam siaga tinggi sejak Washington mengumumkan rencana bulan lalu untuk menarik semua pasukan AS pada 11 September, dengan para pejabat Afghanistan mengatakan Taliban telah meningkatkan serangan di seluruh negeri setelah pengumuman itu.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan hari Sabtu itu. Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membantah kelompok itu terlibat dan mengutuk insiden itu.

Ledakan hari Sabtu terjadi di Kabul barat, lingkungan Muslim Syiah yang telah sering diserang oleh militan ISIS selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Dul Jaelani Izin Minta Kawinin Tissa Biani, Maia Estianty: Waduh Kebelet Coy

Sekolah tersebut adalah sekolah menengah bersama untuk anak perempuan dan laki-laki, yang belajar dalam tiga shift, yang kedua untuk siswa perempuan, Najiba Arian, juru bicara Kementerian Pendidikan.

Yang terluka kebanyakan adalah mahasiswi, katanya.

"Serangan menghebohkan di daerah Dasht-i Barchi di Kabul, adalah tindakan terorisme yang tercela. Menargetkan terutama siswa di sekolah perempuan, menjadikan ini serangan terhadap masa depan Afghanistan " kata misi Uni Eropa di Afghanistan di Twitter.

Presiden Ghani menduga bahwa penyerangan tersebut dilakukan oleh pemberontak Taliban.

Baca Juga: 100 Hari Kinerja Kapolri, Publik dan Pemerintah Merasa Puas dan Kagum atas Inovasi yang Diciptakan

"Taliban, dengan meningkatkan perang tidak sah dan kekerasan mereka, sekali lagi telah menunjukkan bahwa mereka tidak hanya enggan untuk menyelesaikan krisis saat ini secara damai dan fundamental, tetapi dengan memperumit situasi," kata Ghani.

Taliban dan Amerika Serikat tahun lalu menandatangani perjanjian untuk mengakhiri perang 20 tahun, yang dimulai dengan pasukan AS dan sekutunya yang menyerang Afghanistan menyusul serangan 11 September 2001 di New York oleh al-Qaidah, yang pemimpinnya, Osama bin Laden, adalah diberi perlindungan oleh pemerintah Taliban.

Baca Juga: Dibalik Larangan Mudik, Dokter Tirta Sebut Pemerintah Lempar Kesalahan pada Masyarakat 'Rencana Busuk'?

Di bawah perjanjian tersebut, Washington akan menarik pasukan dengan imbalan jaminan keamanan Taliban dan agar kelompok itu memulai pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan. Pembicaraan dimulai tahun lalu tetapi sejak itu terhenti.

Serangan Taliban terhadap pasukan asing sebagian besar telah berhenti, tetapi mereka terus menargetkan pasukan pemerintah.

Sejumlah jurnalis, aktivis, dan akademisi juga tewas dalam serangan yang dituduhkan kepada Taliban, yang menyangkal keterlibatannya.

Baca Juga: Polisi Tangkap Tiga Penyebar Ajakan Demo Tolak Kebijakan Larangan Mudik 2021

Bulan lalu, Washington mengatakan pihaknya mendorong kembali batas waktu penarikan pasukan dari 1 Mei hingga 11 September, yang diperingatkan Taliban dapat berdampak pada perjanjian tersebut.***

Editor: Prasetyo Bagus Pramono

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler