Myanmar Kembali Mencekam, Demonstrasi Menuntut Pembebasan Aung San Suu Kyi Kembali Terjadi

- 7 Februari 2021, 19:25 WIB
Myanmar Kembali Mencekam, Demonstrasi Menuntut Pembebasan Aung San Suu Kyi Kembali Terjadi
Myanmar Kembali Mencekam, Demonstrasi Menuntut Pembebasan Aung San Suu Kyi Kembali Terjadi /Reuters/Stringer
           
KABAR BESUKI -  Ribuan orang  berunjuk rasa di seluruh Myanmar untuk mengecam kudeta pekan lalu dan menuntut pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada hari Minggu, 7 Februari 2021.
 
Dikutip dari Reuters, demonstrasi ini kembali mencuat lantaran militer tidak kunjung membebaskan Aung San Suu Kyi dan tahanan politik lainnya sejak Senin, 2 Februari 2021 kemarin.
 
Dalam demonstrasi lanjutan pada hari ini mereka menuntut agar militer mengakhiri kudeta yang mereka lakukan dan menuntut pemerintahan yang sah secara konstitusi.
 
Pada hari ini gelombang protes meluas di segala penjuru kota Yangon, demonstran mengenakan kaos merah, dan balon merah sebagai dukungan atas Aung San Suu Kyi.
 
“Kami tidak ingin kediktatoran militer! Kami ingin demokrasi," ucap demonstran.
 
Pada minggu sore, junta militer akhirnya menyudahi blokade internet yang dimana blokade tersebut memancing kemarahan demonstran sejak kudeta yang dimulai Senin lallu. Blokade akses internet di Myanmar itu juga memancing kemarahan internasional.
 
Demonstrasi besar-besaran di seluruh penjuru kota Yangon tersebut mengarah ke Pagoda Sule di jantung kota Yangon, mereka juga berkumpul ke titik demonstrasi tahun 2007 yang dipimpin Biksu.
 
Selama protes berlangsung, Demonstran memberikan penghormatan 3 jari yang menjadi simbol protes terhadap kudeta. Demonstran juga mengangkat foto Aung San Suu Kyi sebagai bentuk  protes kepada Junta Militer yang sejak senin menahan kepala negara mereka.
 
“Kami tidak ingin kediktatoran untuk generasi berikutnya,” kata Thaw Zin, 21 tahun.
 
“Kami tidak akan menyelesaikan revolusi ini sampai kami membuat sejarah. Kami akan berjuang sampai akhir." lanjutnya.
 
“Kami tidak ingin kediktatoran untuk generasi berikutnya”,Kami tidak akan menyelesaikan revolusi ini sampai kami membuat sejarah. Kami akan berjuang sampai akhir. " kata Thaw Zin, 21 tahun.
 
Meskipun gelombang demonstrasi mengalir di sepanjang penjuru kota Yangon, Junta Militer hingga saat ini tidak berkomentar sedikitpun terhadap demonstrasi besar-besaran di seluruh penjuru.
 
Dari data PBB, di perkirakan ribuang orang turut turun dalam aksi demonstrasi di Naypyidaw sementara di Kota Yangon di perkirakan peserta aksi demonstrasi di taksir sekitar 60.000 orang.
 
Demonstrasi yang terjadi di kota Yangon ini berbeda dengan yang terjadi pada tahun 2007 dan 1998. Massa yang turun dalam demo pada hari ini di perkirakan jumlahnya lebih besar dari massa pendemo yang ikut dalam protes 2007 dan 1998.
 
Thomas Andrews, pelapor khusus PBB mengatakan ''Lebih dari 160 orang telah ditangkap sejak militer merebut kekuasaan."
 
"Para jenderal sekarang berusaha untuk melumpuhkan gerakan perlawanan warga dan menjaga dunia luar dalam kegelapan,dengan memutus semua akses internet,".

“Kita semua harus mendukung rakyat Myanmar di saat-saat bahaya dan membutuhkan. Mereka berhak mendapatkan apa pun," ucapnya
 
Dunia internasional mengecam keras tindakan junta militer yang merebut pemerintahan Myanmar dengan paksa, PBB berharap pihak militer Myanmar segera mengakhiri kudeta ini dan membuka akses internet di negara tersebut.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: REUTERS


Tags

Terkini

x