Waspada, Penelitian Terbaru Menunjukkan Covid-19 Varian B117 Lebih Mematikan Daripada Varian Lainnya

- 11 Maret 2021, 08:44 WIB
tangkapan layar video reuters.com/ UK COVID-19 variant has significantly higher death rate, study finds
tangkapan layar video reuters.com/ UK COVID-19 variant has significantly higher death rate, study finds /Reuters

KABAR BESUKI - Varian baru virus corona yang menyebabkan Covid-19 disebut lebih mematikan daripada varian terdahulunya. Belum selesai dengan varian SARS-CoV-2, dunia tengah dihadapi oleh varian virus baru asal Inggris, B.1.1.7.

Varian virus corona baru yang disebut sebagai B.1.1.7 ini ditemukan pertama kali di Inggris pada akhir tahun 2020 lalu, dan 30 hingga 100 persen lebih mematikan dari SARS-CoV-2, seperti dilansir Kabar Besuki dari Reuters.

Ilmuwan menjelaskan, orang yang terinfeksi virus varian baru ini tingkat kematiannya lebih tinggi dibanding dengan varian virus corona lainnya.

Baca Juga: Hebat, Indonesia Berpotensi Menjadi Produsen Utama Baterai Kendaraan Listrik di Asia Tenggara Karena Hal ini

Varian B.1.1.7 ini pertama kali dideteksi di Inggris pada September 2020 dan sudah menyebar ke lebih dari 100 negara di dunia. Virus ini memiliki 23 mutasi dalam kode genetiknya, terbilang cukup tinggi, dan beberapa dari virus ini dapat menyebar lebih mudah dibanding pendahulunya.

Ilmuwan mengatakan jika virus ini 40 hingga 70 persen lebih menular dibandingkan varian virus yang beredar sebelumnya. Salah satu studi yang mempelajari virus B.1.1.7 ini adalah penelitian yang diterbitkan oleh British Medical Journal pada Rabu 10 Maret 2021.

Dalam penelitiannya, infeksi varian B.1.1.7 ini mengakibatkan 227 kematian dari 54.906 sampel. Sedangkan varian selain B.1.1.7 mengakibatkan 141 kematian, dimana menunjukkan jika varian baru ini lebih berbahaya.

Baca Juga: Memerangi Hoax di Media Sosial, Dinas Komunikasi dan Informasi Denpasar Rupanya Mengandalkan Aplikasi Ini

"Karena kemampuannya menyebarnya lebih cepat, virus B.1.1.7 ini menjadi ancaman yang harus ditanggapi dengan serius," kata Robert Challen peneliti di Exeter University yang ikut memimpin penelitian.

Halaman:

Editor: Surya Eka Aditama

Sumber: REUTERS


Tags

Terkini

x