Tuai Protes, Presiden Endorgan Keluar dari Perjanjian Perlindungan Perempuan di Eropa

- 21 Maret 2021, 20:09 WIB
ILUSTRASI Endorgan,*/PIXABAY
ILUSTRASI Endorgan,*/PIXABAY //Choirun Nisa /

KABAR BESUKI - Para pemimpin Eropa mengkritik tentang keputusan turki tentang menarik diri dari kesepakatan internasional yang dirancang untuk melindungi perempuan dari kekerasan. Eropa juga mendesak Presiden Tuki, Tayyip Erdogan untuk mempertimbangkan kembali hal  tersebut.

Hal ini disinyalir oleh pemerintah Erdogan yang mana Sabtu lalu memutuskan menarik diri dari Konvensi Istanbul, yang ditandatangani pada tahun 2011. Mengenai hal itu, pihak Turki mengatakan tentang hukum domestik akan tetap melindungi hak-hal perempuan.

Sementara itu, kesepakatan Dewan Eropa berjanji untuk mencegah, mengadili dan menghapus kekerasan dalam rumah tangga dan mengkampanyekan kesetaraan.

Baca Juga: Info Covid-19 Terkini: Denmark Temukan Kasus Darurat Setelah Vaksinasi AstraZeneca

Pembunuhan terhadap wanita telah melonjak di Turki dalam beberapa tahun terakhir dan ribuan wanita melakukan protes pada hari Sabtu, 20 Maret 2021 terhadap langkah pemerintah di Istanbul dan kota-kota lain.

Jerman, Prancis, dan Uni Eropa menanggapi dengan cemas dan mengkritik Ankara atas masalah hak asasi, setelah seorang jaksa Turki bergerak untuk menutup partai politik pro-Kurdi. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borel memberikan konfirmasi pada sabtu malam dengan mengatakan, "Kami sangat menyesali dan menyatakan ketidaktahuan terhadap keputusan pemerintah Turki”.

Josep melanjutkan, “ Hal ini berisiko membahayakan perlindungan dan hak-hak fundamental perempuan dan anak perempuan di Turki, mengirimkan pesan berbahaya ke seluruh dunia. Karena itu kami tidak bisa tidak mendesak Turki untuk membatalkan keputusannya”.

Baca Juga: Gubernur Ganjar Pranowo Minta Menteri Kesehatan Perbanyak Sentra Vaksinasi di Jawa Tengah

Banyak kaum konservatif di Turki dan di AKP yang berakar Islam di Erdogan mengatakan fakta itu merusak struktur keluarga, mendorong kekerasan. Beberapa juga memusuhi pendiriannya terhadap diskriminasi atas dasar orientasi seksual.

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: REUTERS


Tags

Terkini