Mengaku Sempat Ditahan, Wartawan BBC Dibebaskan di Myanmar saat Uni Eropa Siapkan Sanksi

- 23 Maret 2021, 12:10 WIB
Ilustrasi wartawan
Ilustrasi wartawan /Mmamontov/PIXABAY

Junta berusaha membendung arus berita tentang protes dan tindakan keras, mencabut izin media lokal independen, menyerbu ruang redaksi dan menangkap jurnalis.

Puluhan orang, termasuk guru, berbaris pada hari Senin melalui jalan-jalan menjelang fajar di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, beberapa membawa plakat yang menyerukan intervensi PBB dalam krisis tersebut.

Mandalay telah menyaksikan beberapa kekerasan terburuk dari tindakan keras itu dan mencatat delapan kematian lagi pada Minggu, satu sumber medis mengatakan kepada AFP, menambahkan bahwa sebanyak 50 orang terluka.

 Baca Juga: Lekat dengan Pertanda Buruk, Sebenarnya Ini 5 Arti Mimpi Gigi Copot, Simak Ulasannya

Tembakan mesin terdengar hingga larut malam di seluruh kota berpenduduk 1,7 juta itu.

"Orang-orang sangat ketakutan dan merasa tidak aman sepanjang malam," kata seorang dokter kepada AFP melalui telepon. Dikutip Kabar Besuki dari Straits Times.

Untuk memprotes kebrutalan penindasan tersebut, sekelompok dokter di Mandalay menggelar demonstrasi membawa plakat dengan berbaris di jalan, Voice of Myanmar melaporkan.

Ada juga protes pagi hari di beberapa bagian Yangon, ibu kota komersial dan kota terbesar, di mana pengemudi membunyikan klakson untuk mendukung gerakan anti-kudeta.

 Baca Juga: Lionel Messi Turut Serta Torehkan Rekor Bersejarah Cetak Skor 6-1 di Laga Real Sociedad vs Barcelona

Penduduk di kota Hlaing Yangon melepaskan ratusan balon helium merah dengan poster yang menyerukan intervensi PBB untuk menghentikan kekejaman, menurut media lokal.

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: The Straits Times


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah