Dinilai Paling Ampuh, Vaksin Pfizer Tidak Bisa Menangkal Varian Mutasi Virus Corona dari Afrika Selatan

- 13 April 2021, 16:08 WIB
Ilustrasi vaksin Pfizer.
Ilustrasi vaksin Pfizer. /Antara/

KABAR BESUKI - Sebuah studi baru yang dilakukan di Israel telah menunjukkan bahwa varian virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan, memiliki kemampuan untuk melewati perlindungan dari vaksin Pfizer/BioNTech.

Vaksin Pfizer/BioNTech adalah salah satu vaksin Covid-19 yang dinilai paling efektif menangkal Covid, terutama setelah pemberian dosis kedua dengan tingkat efikasi hingga 95 persen.

Studi ini, belum sepenuhnya ditinjau ulang, dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Tel Aviv dan Clalit, organisasi perawatan kesehatan terbesar di Israel.

Studi tersebut mengamati hampir 400 orang yang sebelumnya dinyatakan positif virus COVID-19 setelah menerima satu dosis vaksin. Kemudian membandingkan hasilnya dengan 400 orang lain yang terinfeksi tetapi belum mendapat vaksin.

Baca Juga: Saat Pandemi Covid-19, Lebih Baik Tarawih di Masjid atau di Rumah? Simak Ulasannya

Hasil menunjukkan bahwa strain yang ditemukan di Afrika Selatan, dikenal sebagai B.1.351, delapan kali lebih merajalela pada orang yang telah menggunakan kedua dosis vaksin Pfizer/BioNTech, sebagaimana dilansir Kabar Besuki dari Global News.

Hal ini menunjukkan jika varian B.1.351 lebih mampu menerobos pertahanan vaksin Pfizer/BioNTech, dibandingkan dengan varian virus aslinya, SARS-CoV-2.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa suntikan Pfizer/BioNTech kurang ampuh terhadap varian B.1.351 dibandingkan dengan varian lain virus corona, tetapi masih menawarkan perlindungan yang kuat.

Adi Stern dari Universitas Tel Aviv yang menjadi bagian dari penelitian ini mengatakan jika mereka menemukan tingkat yang lebih tinggi dari varian Afrika Selatan di antara orang yang sudah mendapat vaksin Pfizer dosis kedua.

Baca Juga: Virtual Police Beroperasi di Media Sosial, 200 Akun Telah Mendapat Peringatan

"Ini berarti varian Afrika Selatan mampu, sampai batas tertentu, menembus perlindungan vaksin," kata Stern.

Temuan baru ini cukup mengkhawatirkan, terutama ketika pemerintahan dan pakar kesehatan di seluruh dunia masih belum menyelesaikan berbagai masalah terkait vaksinasi massal.

Kemunculan varian-varian baru virus corona ini telah menimbulkan kemunduran rencana vaksinasi di beberapa negara, karena beberapa vaksin yang mereka miliki ternyata tidak mampu memberikan perlindungan optimal terhadap strain baru tersebut.

Baca Juga: Virtual Police Beroperasi di Media Sosial, 200 Akun Telah Mendapat Peringatan

Sebagai tanggapan terhadap munculnya strain baru, pembuat vaksin sedang memperdebatkan kemungkinan pemberian dosis vaksin ketiga, dengan tujuan memberikan pertahanan yang lebih baik dari kemungkinan infeksi lanjutan.

Pada bulan Februari, Pfizer dan BioNTech melaporkan bahwa mereka sedang bereksperimen dengan kemungkinan dosis ketiga vaksin mereka, sebagai upaya untuk lebih memahami sistem kekebalan manusia dalam merespon varian baru virus corona.

Menurut kepala ilmiah Pfizer, Mikael Dolsten, mengatakan jika ada kemungkinan nantinya individu akan menerima suntikan tambahan reguler dengan penyesuaian untuk beradaptasi dengan strain virus berbeda.

Baca Juga: Sambut Ramadhan serta Lestarikan Tradisi, Muslim Indonesia di Inggris Gelar ‘Munggahan’

"Tingkat mutasi pada virus saat ini lebih tinggi dari yang dibayangkan. Kemungkinan akan masuk akal jika nantinya kami akan melakukan suntikan tambahan," kata Dolsten.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Global News


Tags

Terkini