Dikatakan Pernah Sakit Jiwa, Pembunuh di FedEx Indianapolis Tertangkap!

- 17 April 2021, 12:00 WIB
Ilustrasi potret pistol
Ilustrasi potret pistol /A Fauzi/stevepb/pixabay.com

Baca Juga: Sangat Cepat, Rekan Aktor Joe Taslim dalam Film Mortal Kombat Sandingkan Kemampuan Joe dengan Bruce Lee

Singh Khalsa mengatakan mayoritas karyawan di situs FedEx adalah Sikh.

Koalisi Sikh yang berbasis di New York, yang menggambarkan dirinya sebagai organisasi hak-hak sipil Sikh terbesar di Amerika Serikat, mengatakan pihaknya mengharapkan pihak berwenang untuk "melakukan penyelidikan penuh termasuk kemungkinan bias sebagai faktor".

Direktur eksekutif koalisi, Satjeet Kaur, mengatakan lebih dari 8.000 Sikh-Amerika tinggal di Indiana.

Lonjakan penembakan massal baru-baru ini di AS dimulai pada 16 Maret ketika seorang pria bersenjata menembak mati delapan orang, termasuk enam wanita Asia, di tiga salon spa di area Atlanta sebelum dia ditangkap.

Penembakan itu meningkatkan ketegangan yang sudah timbul karena meningkatnya kejahatan rasial dan diskriminasi yang ditujukan pada orang Asia-Amerika dalam beberapa tahun terakhir, sebagian dipicu oleh retorika rasial tentang asal mula pandemi virus corona di China.

'Noda watak kami'

Bereaksi terhadap tragedi terbaru, Presiden AS Joe Biden memerintahkan staf menurunkan bendera setengah tiang dan mengulangi seruannya kepada Kongres untuk memberlakukan pembatasan senjata yang lebih ketat.

"Terlalu banyak orang Amerika yang meninggal setiap hari karena kekerasan senjata," katanya. "Itu menodai karakter kami dan menusuk jiwa bangsa kami".

Awal bulan ini, Biden mengumumkan langkah-langkah terbatas untuk mengatasi kekerasan senjata yang mencakup tindakan keras terhadap "senjata siluman" yang dirakit sendiri.

Baca Juga: Anak Perempuan Pertama Cenderung Lebih Gemuk Dibandingkan Anak Kedua, Simak Penjelasan Studinya

Baca Juga: Pemerintah Bina Anak dari Terduga Teroris, Kemen PPPA: Agar Mereka Bisa Hidup Normal dan Jauh dari Radikalisme

Tetapi tindakan yang lebih ketat menghadapi perjuangan berat di Kongres yang terpecah, di mana anggota parlemen Republik telah lama menentang batasan senjata baru.

Ada 147 penembakan massal pada tahun 2021, yang didefinisikan sebagai insiden di mana setidaknya empat orang ditembak, menurut Arsip Kekerasan Senjata, sebuah situs web nirlaba yang melacak insiden terkait senjata api.***

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Antaranews.com


Tags

Terkini