Dikatakan Pernah Sakit Jiwa, Pembunuh di FedEx Indianapolis Tertangkap!

- 17 April 2021, 12:00 WIB
Ilustrasi potret pistol
Ilustrasi potret pistol /A Fauzi/stevepb/pixabay.com

KABAR BESUKI - Pria bersenjata yang melepaskan tembakan di lokasi FedEx di Indianapolis, yang menewaskan delapan pekerja, kemudian diri sendiri, adalah mantan karyawan berusia 19 tahun dengan riwayat penyakit mental yang menyebabkan penahanannya oleh penegak hukum tahun lalu, kata pejabat polisi dan FBI pada Jumat 16 April 2021.

Empat anggota agama Sikh tiga wanita dan seorang pria termasuk di antara yang tewas dalam amukan senjata pada Kamis 15 April 2021 malam, menurut seorang pemimpin lokal komunitas Sikh yang mengatakan bahwa dia telah diberi pengarahan oleh keluarga para korban.

Dikutip dari situs Antara, petugas penegak hukum mengatakan mereka belum segera menentukan apakah kebencian rasial atau etnis berada di balik pembunuhan itu.

Baca Juga: Siap-Siap! Ide THR Pemberian Emas Bisa Dicoba untuk Membuat Pasangan Anda Bahagia

Baca Juga: Kasus Pembekuan Darah Kian Marak Di Dunia, BPOM Ingatkan Nakes Perhatikan Warning Label Vaksin AstraZenecca

Insiden yang terbaru dalam serentetan setidaknya tujuh penembakan massal yang mematikan di Amerika Serikat selama sebulan terakhir terjadi di pusat operasi FedEx dekat Bandara Internasional Indianapolis setelah pukul 11 malam waktu setempat, kata polisi.

Itu hanya berlangsung beberapa menit dan berakhir pada saat polisi mendatangi tempat kejadian, Craig McCartt, wakil kepala departemen kepolisian Indianapolis, mengatakan pada jumpa pers pada Jumat.

Para saksi menggambarkan serangan yang membabi buta, ketika pria bersenjata itu melepaskan tembakan dengan senapan di tempat parkir sebelum memasuki fasilitas dan terus menembak, meninggalkan korban baik di dalam maupun di luar gedung.

Petugas menemukan tersangka tewas karena luka tembak yang diduga dilakukan sendiri.

Seorang juru bicara dan polisi FedEx mengidentifikasi pria bersenjata itu sebagai Brandon Hole, mantan karyawan di fasilitas tersebut. McCartt mengatakan kepada wartawan bahwa tersangka diyakini terakhir bekerja di pabrik itu pada musim gugur 2020.

Ditanya apa yang membawanya kembali ke fasilitas itu pada Kamis malam, McCartt menjawab: "Saya harap saya bisa menjawabnya".

Baca Juga: Kebiasaan Seorang Ibu Ketika Hamil dan Menyusui Ternyata Berpengaruh pada Pertumbuhan Anak

Baca Juga: Sinopsis Film Horor Shadow in The Cloud, Tayang di Bioskop: Chloe Moretz Sebagai Pilot di Era Perang Dunia II

Baca Juga: Razia Sentra Takjil, Dinkes Kabupaten Tulungagung Temukan Makanan Mengandung Formalin dan Zat Berbahaya

'Bunuh diri oleh polisi'

FBI mengatakan tersangka telah ditempatkan di bawah penahanan kesehatan mental sementara oleh polisi Indianapolis pada Maret 2020 setelah ibunya menghubungi penegak hukum untuk melaporkan dia mungkin mencoba melakukan "bunuh diri oleh polisi" (bunuh diri dengan metode melakukan hal-hal yang mengancam agar dibunuh polisi).

Sebuah senapan disita dari kediamannya saat itu, dan berdasarkan "barang yang diamati di kamar tersangka pada saat itu," dia diwawancarai oleh FBI pada April 2020, Agen Khusus FBI Indianapolis yang Bertanggung Jawab Paul Keenan mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Tidak ada ideologi ekstremisme kekerasan bermotif rasial" yang diidentifikasi selama penilaian itu, dan tidak ada pelanggaran kriminal yang ditemukan, tetapi senapan itu tidak dikembalikan kepada tersangka, kata Keenan.

Pembantaian itu adalah yang terbaru dari serangkaian penembakan massal di AS yang kembali mendorong masalah kekerasan senjata ke panggung politik.

Indianapolis ibu kota negara bagian Indiana Midwestern - sendiri telah menyaksikan dua penembakan massal tahun ini. Pada Januari, polisi mengatakan seorang remaja menembak dan membunuh empat anggota keluarga dan seorang wanita hamil.

Kekerasan senjata Kamis di pusat FedEx adalah penembakan massal kedua dalam beberapa pekan terakhir yang menargetkan tempat kerja yang mempekerjakan banyak orang keturunan Asia.

Tidak ada korban di Indianapolis yang diidentifikasi secara resmi. Tetapi orang Sikh, yang agamanya berasal dari wilayah Punjab di anak benua India, menyumbang empat dari mereka yang terbunuh dan setidaknya satu terluka, menurut Gurinder Singh Khalsa, seorang pengusaha dan pemimpin komunitas Sikh setempat.

Baca Juga: Pemeran Narcissa Malfoy Meninggal Dunia di Rumah Akibat Kanker, J.K. Rowling Tulis Pesan Duka Cita di Twitter

Baca Juga: Penyayang dan Setia, Perempuan dengan Zodiak Ini Adalah Calon Istri yang Paling Idaman

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Antaranews.com


Tags

Terkini

x