Gunung Es di Antartika Pecah Seluas 4320 kilometer persegi, Hampir Seukuran Pulau Bali

- 20 Mei 2021, 09:52 WIB
Ilustrasi gunung es A68 meleleh di antartika
Ilustrasi gunung es A68 meleleh di antartika /PEXELS/Brent Olson

Gunung es itu sekarang mengambang bebas di Laut Weddell, sebuah teluk besar di Antartika barat tempat penjelajah Ernest Shackleton pernah kehilangan kapalnya, Endurance, karena mengemas es.

Gunung es seluas 1.667 mil persegi (4.320 kilometer persegi) itu - yang sekarang terbesar di dunia dan disebut A-76, meniru nama kuadran Antartika tempat ia pertama kali terlihat - ditangkap oleh Copernicus Sentinel dari Uni Eropa, sebuah konstelasi dua satelit yang mengorbit kutub bumi.

Baca Juga: Pemimpin Hamas Palestina Ternyata Telah Mengirim Surat kepada Presiden Joko Widodo, Begini Bocoran Isinya!

Satelit itu mengkonfirmasi pengamatan sebelumnya yang dilakukan oleh Survei Antartika Inggris, yang merupakan organisasi pertama yang memperhatikan pemisahan tersebut.

Karena lapisan es tempat terbentuknya gunung es ini sudah mengapung di atas air, kejadian tersebut tidak akan berdampak langsung pada permukaan laut. 

Namun, rak es membantu memperlambat aliran gletser dan aliran es ke laut, jadi secara tidak langsung, hilangnya sebagian lapisan es pada akhirnya berkontribusi pada naiknya air laut, menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional (NSIDC).

NSIDC juga mengatakan bahwa benua Antartika, yang memanas lebih cepat daripada bagian planet lainnya, menampung cukup air beku untuk menaikkan permukaan laut global hingga 200 kaki (60 meter). 

Baca Juga: 5 Zodiak yang Paling Gampang Cemburu, Mereka Hanya Ingin Semua Perhatian Tertuju Padanya

Para ilmuwan tidak berpikir bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia menyebabkan pelepasan A-76 atau pendahulunya di dekatnya, A-74.

"A76 dan A74 hanyalah bagian dari siklus alami di rak es yang tidak menghasilkan sesuatu yang besar selama beberapa dekade," tulis Laura Gerrish, seorang peneliti di British Antarctic Survey, di Twitter. "Penting untuk memantau frekuensi semua pembentukan gunung es, tetapi ini semua ditelah diperkirakan."

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Live Science


Tags

Terkini