KABAR BESUKI - Maria Ressa baru saja meraih Nobel Perdamaian 2021 karena terus menyoroti kediktatoran Presiden Duterte di Filipina.
Keberhasilan Maria Ressa meraih Nobel Perdamaian 2021 menuai sorotan dari politisi Partai Gerindra Fadli Zon.
Fadli Zon mengatakan, momentum Maria Ressa yang raih Nobel Perdamaian 2021 mengingatkan tanggung jawab pers untuk menjaga demokrasi.
Baca Juga: Wartawan Filipina dan Rusia Raih Nobel Perdamaian, Rocky Gerung Sindir Daya Kritis Pers Indonesia
Menurut Fadli Zon, pers seharusnya menjadi watchdog terhadap segala bentuk otoritarianisme dan ketidakadilan.
Dia juga menilai, selama ini pers di Indonesia terkesan lalai dalam memenuhi tanggung jawab mereka sebagai penjaga demokrasi.
Sebaliknya, banyak kalangan menilai pers Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cenderung menjadi 'pembebek' kekuasaan, meski masih ada beberapa media yang berani bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintahan yang tidak pro rakyat.
"Hadiah Nobel bg @mariaressa seharusnya jadi wake up call bagi pers di Indonesia. Pers punya tanggung jawab menjaga demokrasi, watchdog thd otoritarianisme n berbagai bentuk ketidakadilan," kata Fadli Zon sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari akun Twitter @fadlizon pada Senin, 11 Oktober 2021.
Fadli Zon mengungkapkan, Indonesia pernah memiliki tokoh jurnalis yang benar-benar mengabdi kepada kepentingan rakyat seperti Mochtar Lubis.
Menurutnya, Mochtar Lubis merupakan sosok jurnalis yang mengedepankan semangat 'jihad' dalam bertugas.
Dia juga berharap adanya generasi penerus Mochtar Lubis maupun Maria Ressa di Indonesia pada masa yang akan datang.
"Dulu ada wartawan jihad Mochtar Lubis. Smg lahir Mochtar Lubis n Maria Ressa di Indonesia," tuturnya.***