Tujuan Licik AS Terungkap Ingin Membuat Rusia Menjadi Lemah dengan Iming-iming Visa?

- 2 Mei 2022, 06:56 WIB
Ilustrasi Amerika Serikat (AS). Tujuan Licik AS Terungkap Ingin Membuat Rusia Menjadi Lemah.
Ilustrasi Amerika Serikat (AS). Tujuan Licik AS Terungkap Ingin Membuat Rusia Menjadi Lemah. /Pixabay/DWilliam
 
KABAR BESUKI - Dengan mengatakan bahwa AS ingin melihat Rusia lemah, maksud sebenarnya dari AS terungkap.
 
Ini tidak pernah menjadi konflik antara Rusia dan Ukraina, tapi juga antara Washington dan Moskow.
 
Sekarang AS berencana untuk membawa perang pada level berikutnya.
 
Pada Sabtu, Biden berusaha merampok ilmuwan top Putin dengan iming-iming Visa.
 
Menurut laporan itu, di antara permintaan tambahan terbaru Blue House kepada kongres AS, ada proposal untuk membatalkan aturan bahwa para profesional Rusia yang mengajukan visa berbasis pekerjaan harus memiliki atasan saat ini.
 
Tujuannya adalh untuk memudahkan talenta Rusia papan atas dengan pengalaman semikonduktor, teknologi luar angkasa, keamanan siber, manufaktur maju, komputasi canggih, teknik nuklir, kecerdasan buatan, teknologi propulsi rudal, dan bidang ilmiah khusus lainnya pindah ke AS.
 
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional melaporkan, upaya itu dimaksudkan untuk melemahkan sumber daya teknologi tinggi dan basis inovasi Rusia.
 
Sementara langkah itu akan sangat menguntungkan ekonomi AS dan keamanan nasionalnya.
 
Tampaknya, AS telah mengambil alat lain untuk melemahkan Rusia, menciptakan tren brain drain di Rusia.
Tanpa ilmuwan dan insinyur tingkat atas serta basis inovasi teknologi tinggi, Rusia kemungkinan besar akan kehilangan pilar utamanya dalam pembangunan ekonomi dan militer nasional.
 
Beberapa pembuat keputusan Amerika mungkin percaya setelah lingkungan yang tidak menguntungkan bagi Rusia telah terbentuk.
 
Begitu AS melonggarkan persyaratan visa tertentu, elit Rusia akan keluar dari AS demi pengembangan pribadi mereka.
 
Shen Yi, seorang professor di Universitas Fudan mengatakan, seperti halnya perebutan bakat antara AS dan bekas Uni Soviet selama perang dingin.
 
Washington mungkin telah meremehkan patriotisme rakyat Rusia dan kemungkinan kebijakan Rusia untuk mengimbangi hukum AS.
 
AS tampaknya bertekad melemahkan Rusia.Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin mengatakan bahwa Washington ingin melihat Rusia melemah setelah perjalanannya baru-baru ini ke Kyiv. 
 
Akhir-akhir ini, pemerintahan Biden mempercepat pengiriman senjata ke Ukraina.
 
Tetapi bukan tentang mempersenjatai Ukraina, tetapi menghasilkan keuntungan melalui penjualan senjata.
 
Uang yang telah dijanjikan AS untuk membantu Ukraina tidak sama dengan meningkatkan pasukan Ukraina, tetapi sama dengan memberi aliran modal senjata bagi AS.
 
Beberapa pengamat menunjukkan bahwa akhir dari konflik pada akhirnya akan datang melalui negosiasi antara Ukraina dan Rusia, cepat atau lambat.
 
Tetapi pemerintah AS ingin mendikte persyaratan untuk Ukraina, dan niat sebenarnya Washington adalah menciptakan ladang ranjau untuk Rusia dan Ukraina, memperpanjang perang, dan akhirnya melemahkan Rusia.
 
Ketika AS melakukannya, dia tidak memperhitungkan kepentingan sekutu Eropa, karena perang dan sanksi menghancurkan ekonomi Eropa sekarang, sementara merusak hubungan kerja tradisional antar UE dan Moskow.
 
Rusia yang melemah mungkin akan melayani kepentingan strategis Washington, tetapi bukan untuk kepentingan Eropa.
 
Namun, koeksistensi damai tidak ada dalam kamus AS.Hal ini menjadikan AS sebagai ancaman bagi perdamaian dunia.
 
Tujuan Washington adalah untuk melemahkan dan mengejar semua penantang potensialnya.
 
Taktik tersebut sudah diterapkan dan berhasil pada Jepang.
 
AS kembali melanjutkan strateginya ini ke negara-negara besar lainnya yang tidak mau mengikuti keinginannya.
 
Baik itu melemahkan suatu negara dengan kekuatan, atau merampok ilmuwan top negara lain.
 
AS memprovokasi konfrontasi yang lebih intens antara negara-negara besar, karena telah terlibat dalam permainan zero-sum, dilansir Kabar Besuki dari Global Times.
 
Menghadapi krisis parah seperti Ukraina, kebijaksanaan dan pemikiran independen dari negara-negara besar diuji.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Global Times


Tags

Terkait

Terkini

x