Liburan Ternyata Bisa Turunkan Risiko Kematian lho, Ahli Ungkap Alasannya!

- 17 Mei 2021, 09:08 WIB
ilustrasi liburan
ilustrasi liburan /pixabay

KABAR BESUKI – Liburan tentu menjadi salah satu kegiatan yang menyenangkan. Liburan juga menjadi salah satu cara untuk menenangkan pikiran setelah melakukan beragam rutinitas pekerjaan. Mengambil waktu untuk liburan juga dapat mengembalikan semangat seseorang untuk kembali bekerja.

Meski terdengar sebagai hal yang biasa, liburan ternyata memiliki peranan penting bagi kesehatan tubuh dan juga kesehatan mental.

Bahkan, sebuah penelitian mengungkap bahwa, liburan ternyata juga dapat menurunkan risiko kematian dan membuat seseorang lebih berumur panjang.

Baca Juga: Jangan Dibuang Dulu! 5 Kulit Buah Ini Ternyata Bisa Dimanfaatkan untuk Kecantikan Kulit Wajah

Dilansir Kabar Besuki  dari Science Alert, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Nutrition and Aging menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara mengambil liburan dengan tingkat kematian.

Para peneliti dari University of Helsinki, Finlandia melakukan penelitian salaam 40 tahun denagn mengamati kesehatan dari 1.222 pria paruh baya yang lahir antara tahun 19191 dan 1934. Penelitian tersebut juga melihat bagaimana keadaan tekanan darah dan risiko kematian para partisipan.

Hasil awal penelitian tersebut menunjukkan bahwa, para partisipan setidaknya memiliki satu faktor risiko yakni penyakit kardiovaskular. Diantaranya seperti penyakit jantung, stroke, rematik, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Mandi Air Dingin di Pagi Hari Ternyata Miliki Segudang Manfaat untuk Tubuh, Bisa Cegah Penuaan Dini

Pada penelitian tersebut, para peneliti juga meminta partisipan untuk mencatat kapan mereka akan pergi berlibur. Selanjunya para partispan dibagi menjadi dua kelompok, yakni 610 sebagai kelompok kontrol dan 612 sebagai peserta intervensi.

Kelompok intervensi diberi saran untuk diet dan melakukan aktivitas fisik tertentu. Sebalinya, para partisipan pada kelompok kontrol tidak diberi intervensi pada kesehatan dan gaya hidup.

Pada penelitian tersebut, para peneliti menemukan risiko penyakit kardiovaskular berkurang pada kelompok intervensi pada penelitian 5 tahun pertama. Namun ada 15 tahun kemudaian, ada lebih banyak kematian pada kelompok intervensi.

Baca Juga: Wakil Ketua DPR RI Berharap Tragedi Kemanusiaan di Palestina Segera Diakhiri

Seorang peneliti bernama Timo Strandberg mengatakan bahwa, kerusakan yang disebabkan oleh gaya hidup intensif terkonsentrasi di subkelompok pria dengan waktu liburan lebih pendek setiap tahun.

Partisipan yang mengambil tiga pekan atau kurang liburan tahunan memiliki risiko 37 persen lebih besar untuk meninggal dibandingkan mereka yang mengambil liburan lebih dari tiga pekan.

Baca Juga: Alasan Mengapa Israel Tak Pernah Musnah dan Tetap Eksis Keberadaannya, Ustadz Abdul Somad Beberkan Jawabannya

Hal ini dikarenakan, para partisipan dengan liburan yang lebih pendek bekerja lebih banyak dan tidur lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang lebih lama menikmati waktu liburan. Gaya hidup yang penuh tekanan tersebut, membuat para partisipan yang tidak memiliki waktu liburan lebih rentan stres dan mudah terserang penyakit.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Science Alert


Tags

Terkini

x