Jelang Pilkada 2020, Banyuwangi Dihebohkan Spanduk Hujatan ke Salah Satu Paslon

9 November 2020, 15:41 WIB
Spanduk hujatan ke salah satu paslon cabup-cawabup /

KABAR BESUKI - Gelaran pilkada 2020 di Kabupaten Banyuwangi semakin sengit. Kedua pasangan calon (paslon) cabup-cawabup semakin gencar melakukan kampanye untuk mencari dukungan.

Di saat kedua paslon semakin gencar berkampanye, kali ini mulai ditemukan spanduk kampanye hitam tak bertanggung jawab muncul yang mendiskreditkan salah satu calon bupati.

Setidaknya, ini dialami oleh pasangan Ipuk Fiestiandani-Sugirah. Setelah muncul berbagai macam spanduk terkait tudingan dinasti, muncul lagi spanduk yang lebih vulgar dan lebih kasar. Spanduk ini muncul di antaranya di Jalan Kepiting, Jalan Teratai, dan Jalan Adi Sucipto.

Baca Juga: 5 Destinasi yang Cocok untuk Liburan Akhir Tahun dengan Konsep Backpaker

Spanduk tersebut bertuliskan: “Wong Wedok Iku Nggone Nang Sumur, Dapur, Kasur, Gak Dadi Bupati” yang artinya “Perempuan Itu Tempatnya di Sumur, Dapur, Kasur, Bukan Jadi Bupati”. Ada pula spanduk bertuliskan “Bupati Kok Wedok” yang artinya “Bupati Kok Perempuan”. Spanduk ini jelas menyasar Ipuk sebagai satu-satunya perempuan yang ikut dalam Pilkada Banyuwangi 2020.

Baca Juga: Intip Peristiwa 10 November 1945, Pertempuran Terhebat dalam Sejarah Revolusi Nasional Indonesia

Abda Alif, warga yang sempat melintas dan melihat spanduk dengan latar warna merah dan putih tersebut mengatakan,’’Saya melihat spanduk itu pagi ini. Tidak tahu siapa yang memasang,’’ ujarnya kepada awak media.

Spanduk-spanduk tersebut telah mengalihkan fokus masyarakat Banyuwangi menjelang Pilkada, dari yang seharusnya adu visi-misi dan adu program kerja menjadi serangan pribadi yang tak ada relevansinya dengan program kerja.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Destinasi Wisata yang Cocok untuk Liburan Bersama Keluarga

Inilah kampanye hitam alias black campaign yang hanya menghantam sisi pribadi yang tak ada kaitannya dengan adu visi-misi dalam sebuah ajang demokrasi.

Alif sangat menyayangkan dengan keberadaan spanduk tersebut. Menurut Alif, harusnya Pilkada ini bisa menjadi pesta demokrasi yang menyenangkan tanpa menjelek-jelekkan calon.

"Kampanye seperti itu sudah tidak etis. Zaman sekarang masih pakai cara-cara kuno seperti itu," katanya.

“Kalau harapan kami sebagai warga kalau bisa itu Pilkada ini yang menyenangkan, adu program gitu lho, ke depan calon bupati itu mau laksanakan visi-misi apa, bukan serangan pribadi yang merusak,” kata Abda Alif. ***

Editor: Surya Eka Aditama

Tags

Terkini

Terpopuler