Memerangi Hoax di Media Sosial, Dinas Komunikasi dan Informasi Denpasar Rupanya Mengandalkan Aplikasi Ini

11 Maret 2021, 08:29 WIB
tangkapan layar video Antaranews/ Kominfo andalkan aplikasi Taboo perangi hoaks /Antara

KABAR BESUKI - Isu pandemi Covid-19 memang masih santer dibicarakan dalam setahun terakhir, begitu juga dengan berita bohong atau hoax yang beredar di media sosial.

Hal ini disebabkan banyaknya masyarakat yang masih belum cukup pandai memilah berita bohong yang tersebar di media sosial. Berita hoax yang paling ramai dibicarakan belakangan ini adalah terkait dengan isu Covid-19.

Kominfo pun mencatat setidaknya total ada 2.697 unggahan hoax yang tersebar di media sosial sejak periode 23 Januari 2020 hingga 10 Maret 2021.

Baca Juga: Meresahkan, Kominfo Mencatat Sebanyak Ini Total Hoax yang Beredar di Media Sosial Terkait Covid-19

2.697 unggahan hoax di media sosial itu menyebarkan 1.470 isu hoax mengenai Covid-19.

Untuk mengendalikan sebaran isu hoaks ini, Dinas Komunikasi dan Informasi Denpasar mengandalkan aplikasi Taboo untuk menangkal hoax yang beredar di jagat maya.

Taboo merupakan kependekan dari Tangkal dan Analisa Berita Bohong, seperti dilansir Kabar Besuki dari Antaranews. Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Publik Denpasar, Gde Wirakusuma mengajak masyarakat untuk cermat dalam mengkonsumsi konten.

Terlebih jika konten tersebut menyebarkan materi yang belum jelas keakuratannya. "Saat ini informasi pemberitaan hoax melalui media sosial mampu membuat pesan yang benar menjadi kabur," kata Gde.

Baca Juga: KAI Daop 9 jember Hadirkan Pemeriksaan GeNose C19 Bagi Pelanggan KA di Stasiun Ketapang dan Jember

Aplikasi Taboo selama dua bulan terakhir mampu menangkap 53 berita bohong atau hoax. 53 hoax tersebut terdiri dari 24 berita terkait vaksin dan 29 berita mengenai Covid-19.

Salah satu hoax yang tersebar adalah bahwa vaksin dapat mengubah wajah dan memicu penerima vaksin meninggal dunia. "Tetap pastikan bahwa informasi bukan hoax. Caranya adalah main ke situs Taboo,” kata Gde.

Selain itu Gde juga menyarankan masyarakat untuk mengunjungi situ Turn Back Hoax dan Kominfo untuk mengecek berita hoax yang beredar di media sosial.

Baca Juga: Pengadilan Tinggi Malaysia Mengijinkan Orang Kristen Boleh Menggunakan Kata 'Allah' dalam Pendidikan Keagamaan

Ia menjelaskan jika situs-situs ini bisa dipercaya karena sudah banyak sekali memuat atau memposting hoax-hoax yang banyak beredar di Indonesia. 

“Kami mencari hoax di Indonesia itu karena apa? Setiap saat bisa muncul di HP bapak/ibu semua. Biasanya munculnya di WhatsApp Group. Jadi banyak disebarkan di WhatsApp Group," ujar Gde

Gde juga menambahkan, Aplikasi Taboo menjadi sarana edukasi kepada masyarakat untuk memastikan informasi di media sosial bukan hoax. ***

Editor: Surya Eka Aditama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler