Mendikbud Menyebutkan Peserta Didik dengan Usia Ini Memiliki Risiko Terinfeksi COVID-19 Lebih Rendah

18 Maret 2021, 16:08 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim /Antara / Indriani

KABAR BESUKI - Nadiem Anwar Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengatakan, hasil penelitian menunjukkan siswa kelompok usia 3-30 tahun memiliki risiko lebih rendah tertular COVID-19 dibandingkan kelompok usia lain.

"Hasil penelitian menunjukkan risiko tertular COVID-19, terutama anak muda, sangat rendah," kata Nadiem.

Nadiem menyatakan hal tersebut dalam rapat kerja Komisi X DPR yang dipantau di Jakarta, Kamis 18 Maret 2021.

Baca Juga: Dikabarkan Bercerai Dengan Adilla Dimitri, Wulan Guritno Bantah Rumor Adanya Orang Ketiga

Pelajar, tenaga kependidikan dan pendidikan di kelompok usia 31-59 dan di atas 60 memiliki faktor risiko COVID-19 yang secara signifikan lebih tinggi.

“Tenaga pendidikan dan kependidikan paling rentan terhadap COVID-19,” kata Nadiem menjelaskan.

Nadiem menjelaskan, hasil penelitian global mengungkapkan bahwa anak-anak yang terinfeksi COVID-19 memiliki risiko penularan yang lebih rendah ke anak-anak yang tidak bersekolah melainkan antara orang dewasa dan anak-anak. Anak-anak lebih banyak terinfeksi daripada orang dewasa.

“Jadi bukan dalam pembelajaran tatap muka di kelas, tapi penularan kepada anak lebih sering terjadi dalam kegiatan sosial di luar kelas,” kata Nadiem menambahkan.

Baca Juga: Kontroversial Pernikahan di Bawah Umur, Menkes: Perkawinan Anak Merupakan Bentuk Pelanggaran Hak

Dalam upaya percepatan pembelajaran tatap muka, pendidik dan tenaga kependidikan merupakan pihak yang membutuhkan perlindungan.

Nadiem menjelaskan, Indonesia merupakan satu dari empat negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang belum melakukan full face-to-face learning. Sedangkan 23 negara lainnya telah melakukan pembelajaran tatap muka.

Pembelajaran tatap muka harus dipercepat dengan tetap menghormati protokol kesehatan. Bahkan sebelum melakukan vaksinasi tenaga kependidikan, pemerintah daerah didorong untuk mempercepat pembelajaran tatap muka sesuai dengan kondisi satuan pendidikan.

Baca Juga: Lakukan Sidak, DPRD Jember Temui Puluhan Ribu Pelampung untuk Nelayan Belum Terdistribusikan

Setelah vaksinasi, pendidik dan tenaga kependidikan, satuan pendidikan terpaksa menyediakan pilihan terbatas dari layanan pembelajaran tatap muka.

Orang tua atau wali dapat memilih apakah anak-anak mereka berpartisipasi dalam pembelajaran tatap muka atau melanjutkan pendidikan jarak jauh.

Sebagai informasi, Nadiem juga menargetkan semua sekolah melakukan kegiatan belajar tatap muka mulai Juli 2021.

Pembelajaran tatap muka harus dilakukan dengan menggunakan sistem rotasi. Sekitar 50 persen siswa akan bersekolah dan sisanya akan bergiliran mengambil pembelajaran online.

Baca Juga: Gula Sering Disebut Penyebab Kencing Manis? Supaya Tidak Keliru, Ketahui Mitos dan Fakta Penyakit Diabetes

Pembelajaran di sekolah juga harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sistem pembelajaran sekolah tatap muka (STM) telah diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. 

Sebelumnya, hal tersebut ditransmisikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang menyatakan bahwa STM dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020-2021.***

Editor: Surya Eka Aditama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler