Rocky Gerung Sebut Kunjungan Jokowi ke Maumere hingga Sumatera Utara Picu Kerumunan Demi 'Headline'

6 Februari 2022, 11:40 WIB
Rocky Gerung Sebut Kunjungan Jokowi ke Maumere hingga Sumatera Utara Picu Kerumunan Demi 'Headline'. /Tangkap Layar YouTube.com/Hersubeno Point

KABAR BESUKI - Pengamat politik dan akademisi Rocky Gerung menanggapi kunjungan Jokowi ke Maumere hingga Sumatera Utara yang disebut memicu kerumunan.

Rocky Gerung menyebut kunjungan Jokowi ke Maumere hingga Sumatera yang dinilai memicu kerumunan semata-mata dilakukan demi sebuah headline.

Rocky Gerung bahkan menyindir tanggapan kubu Istana terkait kunjungan Jokowi ke Maumere hingga Sumatera Utara yang dinilai memicu kerumunan dengan gaya satire khasnya.

Baca Juga: Kunjungan Jokowi ke Toba Timbulkan Kerumunan, Ruhut Sitompul Angkat Suara: Itu Bentuk Cinta Rakyat Indonesia

Rocky Gerung memulai satire khasnya dengan menanggapi pernyataan Donny Gahraf Adian, salah satu Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) saat Jokowi berkunjung ke Maumere.

Mantan pengajar sekaligus alumni Universitas Indonesia (UI) itu menilai bahwa alasan spontanitas yang dikatakan Donny terkait kerumunan akibat kunjungan Jokowi ke Maumere merupakan alasan klise belaka.

Bahkan, dia juga menyebut bahwa hal tersebut telah dikondisikan Istana sejak awal dengan adanya banyak kamera yang menyorot momen Jokowi saat menyapa warga Maumere.

"Jadi memang cuma itu alasannya. Tapi semua tahu ketika kamera-kamera dibuka, itu spontanitas yang diarahkan. Karena kita dari awal itu tipuan kamera, jadi seolah-olah ada spontanitas tapi memang pengerahan sudah ada sejak awal," kata Rocky Gerung sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Minggu, 6 Februari 2022.

Baca Juga: Rocky Gerung Menyalahkan Jokowi Atas Kerumunan Holywings Kemang: Anak Muda Tak Paham Presidennya Mondar-Mandir

 

Rocky Gerung juga mempertanyakan alasan Fadjroel Rachman saat menyatakan Jokowi sebagai sosok kharismatik saat berkunjung ke Cirebon dan membagi-bagikan bantuan sosial (bansos).

Filsuf kelahiran Manado, 20 Januari 1959 itu menyindir pernyataan Fadjroel dengan satire khasnya bahwa kharisma Jokowi justru memberikan sinyal agar orang-orang tak mendekatinya.

Dia juga menilai bahwa orang yang memiliki kharisma tidak perlu melemparkan bansos kepada warga yang berkerumun di sebuah got atau selokan.

"Kalau soal kharisma, memang ada orang yang punya kharisma, dan bahkan karena kharismanya bagus, dia memberi sinyal supaya orang jangan mendekat pada dia. Orang yang berkharisma nggak perlu lempar-lempar ke got, kacaunya di situ," ujarnya.

Lebih lanjut, Rocky Gerung menegaskan bahwa seseorang baru bisa disebut berkharisma jika bahasa tubuhnya menciptakan kekaguman tanpa skenario tertentu.

"Seseorang disebut sebagai noble (berkharisma) kalau yang dia bawakan dengan bahasa tubuh itu menimbulkan kekaguman. Tapi orang tidak melihat bahasa tubuh Pak Jokowi, nunggu bansosnya dilemparkan, bukan begitu yang disebut kharisma," katanya.

Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Jokowi Alami Gangguan Kejiwaan Usai Ciptakan Kerumunan Saat Bagi-bagi Sembako

Rocky Gerung mengingatkan kepada Jokowi bahwa masyarakat pada umumnya memiliki tabiat yang sulit untuk diatur.

Meski demikian, dia menganggap bahwa Jokowi sesungguhnya dapat mengatur dirinya sendiri agar tidak terjadi kerumunan warga meski harus melakukan kunjungan ke berbagai daerah untuk sebuah tugas negara.

Dia mengungkapkan hal tersebut yang sekaligus menyindir pernyataan Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono yang menilai masyarakat sebuah kabupaten di Sumatera Utara sangat antusias menyambut kedatangan Jokowi.

"Masyarakat sulit untuk diatur, tetapi presiden bisa mengatur dirinya sendiri kan? Kan dia bisa atur dirinya supaya nggak ke situ tuh atau cari alasan lain," ujar dia.

Terakhir, Rocky Gerung menyimpulkan bahwa semua alasan yang dilontarkan pihak Istana terkait kunjungan Jokowi ke Maumere hingga Sumatera Utara yang memicu kerumunan hanya alasan untuk mengelu-elukan mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2014 itu.

Dia menilai, ketiga tokoh Istana tersebut hanya berupaya agar Jokowi memperoleh headline berupa pencitraan yang positif dengan harapan agar banyak dielu-elukan publik.

"Jadi semua alasan yang diberikan, itu hanya alasan untuk mengelu-elukan presiden. Mereka semua tahu apa yang diinginkan presiden, yaitu di-headline-kan supaya dielu-elukan itu. Oleh karena itu dikumpulkan massa, diatur bagaimana caranya bansos itu menimbulkan kerumunan," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Rocky Gerung Official

Tags

Terkini

Terpopuler