Nadiem Makarim Tolak Bahasa Melayu Jadi Bahasa ASEAN: Sudah Selayaknya Bahasa Indonesia di Posisi Terdepan

5 April 2022, 17:40 WIB
Nadiem Makarim menolak bahasa melayu jadi bahasa ASEAN/tangkapan layar Instagram @nadiemmakarim /

KABAR BESUKI - Menanggapi pernyataan Perdana Menteri Malaysia Dato' Sri Ismail Sabri Yaakob pada kunjungannya ke Indonesia, terkait memperkuat bahasa Melayu sebagai bahasa perantara antara kedua kepala negara, serta sebagai bahasa resmi ASEAN.

Berbicara bersama Bapak Widodo dalam konferensi pers bersama selama kunjungan kerjanya ke Jakarta, pemimpin Malaysia itu mengatakan: "Kami setuju untuk mengusulkan untuk memperkuat bahasa Melayu, sehingga suatu hari nanti dapat menjadi bahasa ASEAN." Pak Widodo terlihat mengangguk.

“Saya yakin apa yang kita lakukan hari ini akan bermanfaat bagi rakyat kedua negara dan saya yakin kita akan mempererat hubungan persaudaraan yang erat antara Malaysia dan Indonesia,” kata Ismail Sabri di Istana Merdeka.

Bulan lalu, Ismail Sabri mengatakan Malaysia akan berdiskusi dengan para pemimpin regional untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa kedua ASEAN.

Baca Juga: Lonjakan Baru COVID-19 Tanpa Gejala, Shanghai Perketat Lockdown

Ia mengemukakan, selain Malaysia, bahasa Melayu sudah digunakan di beberapa negara ASEAN seperti Indonesia, Brunei, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan sebagian Kamboja.

Ada juga populasi kecil penutur bahasa Melayu di Laos, katanya kemudian.

“Makanya di seluruh ASEAN ada orang yang bisa berbahasa Melayu. Oleh karena itu tidak ada alasan mengapa kami tidak dapat menjadikan bahasa Melayu sebagai salah satu bahasa resmi ASEAN," kata Ismail Sabri.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) menyatakan bahwa hal tersebut perlu kajian dan pembahasan lebih lanjut. Menurutnya Bahasa Indonesia lebih layak dipertimbangkan.

“Saya sebagai Mendikbudristek, tentu menolak usulan tersebut. Namun, karena ada keinginan negara sahabat kita mengajukan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ASEAN, tentu keinginan tersebut perlu dikaji dan dibahas lebih lanjut di tataran regional,” tambahnya sesuai dengan yang dikutip Kabar Besuki dari laman resmi Kemendikbduristek.

“Saya imbau seluruh masyarakat bahu membahu dengan pemerintah untuk terus berdayakan dan bela bahasa Indonesia,” tambahnya.

Baca Juga: RAMALAN SHIO Naga, Ular, Kambing dan Monyet Besok 6 April 2022

Posisi Menteri Nadiem tersebut bukan tanpa penjelasan menyeluruh. Bahasa Indonesia menurutnya lebih layak untuk dikedepankan dengan mempertimbangkan keunggulan historis, hukum, dan linguistik.

Mendikbudristek kemudian menjelaskan bahwa di tingkat internasional, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa terbesar di Asia Tenggara dan persebarannya telah mencakup 47 negara di seluruh dunia.

Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) juga telah diselenggarakan oleh 428 lembaga, baik yang difasilitasi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, maupun yang diselenggarakan secara mandiri oleh pegiat BIPA, pemerintah, dan lembaga di seluruh dunia.

Selain itu, bahasa Indonesia juga diajarkan sebagai mata kuliah di sejumlah kampus kelas dunia di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, serta di beberapa perguruan tinggi terkemuka di Asia.

“Dengan semua keunggulan yang dimiliki bahasa Indonesia dari aspek historis, hukum, dan linguistik, serta bagaimana bahasa Indonesia telah menjadi bahasa yang diakui secara internasional, sudah selayaknya bahasa Indonesia duduk di posisi terdepan, dan jika memungkinkan menjadi bahasa pengantar untuk pertemuan-pertemuan resmi ASEAN,” tutup Mendikbudristek.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: kemdikbud

Tags

Terkini

Terpopuler