Masuk Bursa Capres dan Cawapres 2024, Menurut Survei IPS Karir Politik Ganjar di PDIP di Ujung Tanduk

- 24 Mei 2021, 21:01 WIB
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. /Instagram.com/@provjateng

KABAR BESUKI - Direktur Esekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Jakarta, Nyarwi Ahmad, memprediksi karir politik Ganjar Pranowo di PDI Perjuangan di ujung tanduk. Hal tersebut menyusul tidak diundangnya Gubernur Jawa Tengah itu dalam acara pengarahan Pemilu 2024.

"Bukan tidak mungkin, nasib Ganjar Pranowo untuk dapat memaksimalkan karir politiknya melalui PDI Perjuangan sudah di ujung tanduk," kata Nyarwi Ahmad, yang dikutip Kabar Besuki Dari Antara.

Ia juga melihat dari perspektif pemasaran politik ada empat hal menarik untuk dicermati di balik peristiwa fenomenal tidak diundangnya Gubernur Jawa Tengah.

Baca Juga: Catat! Pemkab Banyuwangi Buka Seleksi CPNS Sebanyak 3.937, Berikut Rinciannya

Seperti yang diketahui, Ganjar Pranowo,yang merupakan kader PDI Perjuangan dalam acara pengarahan Pemilu 2024 yang diselenggarakan DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah yang dihadiri Puan Maharani sebagai ketua DPPPDI Perjuangan.

Data survei IPS awal April 2021, untuk 30 nama calon presiden, menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo sebesar 14,4 persen. Elektabilitas ini berada di urutan no dua setelah Prabowo (25,4 persen).

Dalam bursa calon wakil presiden, untuk 30 nama, Ganjar Pranowo juga berada di urutan nomor 3, yaitu 8,3 persen setelah Anies Baswedan (12,8 persen).

Baca Juga: Menaker Ida Fauziyah Pastikan Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia Menurun

Tingkat elektabilitas ini juga tidak banyak mengalami perubahan untuk survey dengan 18 dan 10 nama calon presiden-wakil presiden.

Kendati demikian, potensi elektabilitas Pranowo ini bisa tidak akan bermakna, jika dia gagal mendapatkan dukungan internal dari pimpinan PDI Perjuangan.

Dalam pengarahan itu, baik Puan maupun Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, memberikan pernyataan terkait tidak diundangnya Pranowo.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Disebut Tak Bisa Jadi Calon Presiden, Diduga Karena Hubungannya dengan Soekarno?

Menurut Ahmad, meski memiliki tingkat elektabilitas yang cukup tinggi, Pranowo berpotensi kehilangan peluang untuk mendapatkan tiket dari PDI Perjuangan agar bisa masuk dalam bursa Pemilu 2024 mendatang.

"Sebagaimana yang dipotret sejumlah lembaga survei, termasuk IPS, Ganjar selama beberapa bulan terakhir makin populer dan tingkat elektabilitasnya juga cukup tinggi melampau deretan sejumlah publik figur dan para tokoh pimpinan partai, termasuk Puan Maharani sendiri," ujar Ahmad.

Hal menarik lain dalam peristiwa fenomenal ini, menurut Ahmad, dinamika di internal PDI Perjuangan terkait dengan bursa calon presiden-wakil presidendalam Pemilu 2024 mendatang tampaknya kian hangat dan memanas.

DPP PDI Perjuangan, lanjut dia, tampak makin terbuka untuk mengingatkan para kadernya khususnya yang menjadi publik figur popular dan memiliki potensi elektabilitas tinggi agar tidak off side.

Baca Juga: Usai Tipu Ratusan Emak-emak Rp1 Miliar, Seorang Wanita Diringkus Polisi Setelah Diduga Kabur Bersama Keluarga

"Kritik yang disampaikan Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo mengindikasikan hal itu," tuturAhmad.

Ia mengungkapkan dalam Pemilu2024 mendatang, PDI Perjuangan tampaknya memiliki orientasi yang berbeda dengan parpol-parpol lain, dan berbeda dengan yang pernah dilakukan dalam Pemilu 2014 dan 2019 lalu.

Menurutnya PDI P akan mencalonkan sosok yang lebih popular dan memiliki elektabilitas tinggi seperti Joko Widodo.

Saat itu Jokowi adalah gubernur DKI Jakartasetelah sebelumnya menjadi wali kota Solo.

Menurut dia, arah PDI Perjuangan untuk Pemilu2024 mendatang tampaknya makin jelas dengan untuk menjagokan figur tertentu di luar sosok populer sebagaimana Ganjar Pranowo.

"Dukungan pasar politik internal di PDI Perjuangan terhadap Ganjar Pranowo tampak masih belum aman," ungkapnya.

Baca Juga: Usai Tipu Ratusan Emak-emak Rp1 Miliar, Seorang Wanita Diringkus Polisi Setelah Diduga Kabur Bersama Keluarga

Pandangan lain, kata Ahmad, apa yang disampaikan Puan sebagai ketua DPP PDI Perjuangan menunjukkan PDI Perjuangan mengedepankan model pemasaran politik tradisional yang berbasis pada ideologi parpol.

"Di sini parpol ditempatkan sebagai elemen terpenting," papar Ahmad.

Ia nenyatakan, parpol yang menganut model pemasaran ini biasanya lebih mengedepankan kinerja kolektif organisasi parpol sebagai produk politik utamanya, dibandingkan citra dan kinerja para publik figur yang dimiliki oleh/menjadi kader parpol yang selama ini menduduki jabatan publik, termasuk kepala daerah/gubernur.

Sedikitnya ada tiga syarat agar model pemasaran politik tradisional yang dijalankan PDI Perjuangan efektif, yakni:

Baca Juga: Penyelidikan Kebocoran Data BPJS Kesehatan Terus Dilakukan, Hingga Saat Ini Belum ada Hasil

Syarat pertama, keanggotaan partai yang kuat dan mengakar yang ditandai dengan kepemilikan kartu anggota, walau pada PDI Perjuangan hal ini belum merata di seluruh Indonesia melainkan hanya di Pulau Jawa, terkhusus di Jawa Tengah.

Syarat yang kedua, PDI Perjuangan mampu menata struktur organisasi kepartaiannya tidak hanya sebagai organisasi partai politik, namun juga menjadi mesin pemasaran politik yang efektif dan penetratif.

Syarat ketiga, para elit PDI Perjuangan, khususnya yang menjadi publik figur atau menjabat di lembaga-lembaga negara/pemerintahan mampu lebih memasarkan partainya, dibandingkan dengan dirinya.

Ahmad juha menyatakan, kritik yang disampaikan Wuryanto ke Ganjat Pranowo, Ganjar tidak terlalu ambisius masuk dalam bursa calon presiden 2024.

Baca Juga: Ramalan Mbak You Billar dan Lesti: Kalau Menikah Cuma Sebentar dan Popularitas Mereka akan Menurun

Hal ini secara khusus ditujukan kepada kader-kader memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi, agar lebih mampu ‘memasarkan’ parpolnya, bukan sekedar ‘memasarkan’ dirinya saja.

"Namun, hal itu sepertinya tidak mudah, karena dalam panggung politik lokal dan nasional saat ini, visibilitas profil dan kinerja elit-elit parpol, khususnya yang menjadi pejabat publik di lembaga eksekutif, lebih menonjol, dibandingkan visibilitas kinerja organisasi parpolnya," kata Ahmad.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: ANTARA Jateng


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah